Pada Seminar FAPSI, Pengamat Soroti Peran dan Posisi Penyiaran Dalam membangun Industri Sepak Bola Indonesia

  • Bagikan
Seminat FAPSI

“Jadi angka ini sebenarnya bagus tetapi menjadi kurang bagus ketika tidak dibarengi dengan bangunan industri yang baik. Artinya mereka hanya bicara bagaimana sales pelaku sponsor, tetapi tidak mengedukasi pasar atau apa yang mau didagangkan, sepak bola bisa didagangkan tetapi suporternya tidak dibenahi dengan baik,” ujarnya.

Terkait suporter yang menjadi bagian dari industri sepak bola, Sigit mengakui PSSI selaku organisasi induk sepak bola Indonesia belum maksimal menanganinya. Padahal, sebagai orang pertama yang mendeklarasikan suporter sepak bola Indonesia, Sigit mengaku sudah memberikan banyak masukan kepada PSSI, namun masukan-masukan tersebut tidak diindahkan oleh pengurus PSSI.

“Memang sudah ada departemen suporter di PSSI, tetapi menurut hemat saya yang berkecimpung mengurus suporter sejak awal boleh dibilang generasi kesatu sepak bola Indonesia, saya melihat belum ada perbaikan yang signifikan dari pergerakan bagaimana mengatur, mengedukasi suporter. Apakah materi yang diberikan kepada PSSI itu menetes sampai ke bawah, saya tidak melihat itu,” ucapnya.

Selain itu, Sigit juga menyoroti pengaturan jam tayang liga 1 Indonesia yang diduga syarat dengan kepentingan bisnis tetapi mengabaikan keselamatan pemain dan suporter. Buat Sigit, waktu tayang tidak terlalu bermasalah asalkan pihak penyelenggara bisa memitigasi potensi terjadinya kericuhan di stadion seperti yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang Jawa Timur yang menewaskan 135 nyawa.

“Soal tragedi Kanjuruhan mungkin kita bisa memilah satu persatu, jadi tidak selalu lapangan yang mungkin dianggap jadul, itu tidak layak untuk jadi bahan tayangan sepak bola yang baik, memang sebaiknya terstruktur tetapi ketika materi yang ada seperti itu sebenarnya itu bisa dimitigasi,” ungkap Sigit.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan