Konflik Psikologis Tunijallo, Raja Gowa yang Sempat Jadi Kesayangan Arungpone La Tenriawe

  • Bagikan
ILUSTRASI
ILUSTRASI

FAJAR.CO.ID — Raja XII Gowa, Tunijallo merupakan putra dari Raja Gowa XI Tunibatta. Tunibatta tewas setelah penyerangan ke Kerajaan Bone.

Saat masih muda, Tunijallo sempat melarikan diri ke Bone untuk menghindari kemarahan mertuanya, Tunipalangga yang merupakan Raja X Gowa.

Tunijallo tinggal di Bone selama dua tahun. Bahkan dia sempat menjadi kesayangan penguasa Bone VII, Arungpone La Tenriawe.

Perselisihan antara Kerajaan Bone dengan Gowa membuat adanya konflik psikologis di dalam diri Tunijallo.

Leonard Y Andayana dalam buku Warisan Arung Palakka menyebut Tunijallo sangat sulit untuk mendampingkan rasa terima kasihnya kepada Bone dan tugas dari kerajaannya.

Awalnya, Tunijallo disebut menghindari konfrontasi dengan Bone dan berkonsentrasi untuk memperkuat hubungan Gowa dengan dunia luar.

Tunijallo mungkin saja tidak merasa cukup kuat untuk berkonfrontasi dengan pasukan Bone, namun pertumbuhan kekuatan Gowa sangat menarik perhatian Bone, bahkan setelah perjanjian Caleppa.

Bone mendorong Wajo dan Soppeng untuk bergabung ke dalam persekutuan pertahanan untuk menahan serangan Gowa.

Sebagaimana dalam perjanjian awal, Wajo dan Luwu, mereka melakukan gerakan simbolis untuk menciptakan kesamaan derajat dengan jalan penyerahan tanah dari sekutu yang lebih besar kepada yang lebih kecil.

Dalam hal ini, masing-masing pihak dengan sukarela menyepakati—tanpa kehilangan muka—sebuah perjanjian dengan sesama “saudara’, yang berarti derajatnya sama.

Meski begitu, kekuatan setiap kerajaan yang berbeda tidak dapat diabaikan, dan perumusan yang memuaskan dibuat, di mana Bone dianggap sebagai saudara tertua, Wajo di tengah dan Soppeng sebagai yang termuda.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan