Ibu Hamil di Pangkep Meninggal di Atas Kapal, Tenaga Medis RS Kerja Rangkap di Puskesmas

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID -- Kasus kematian ibu hamil dan bayi yang dikandungnya kembali terjadi di Kabupaten Pangkep. Terbaru, ibu hamil asal Pulau Sailus meninggal dunia di atas kapal yang ditumpanginya.

Pulau Sailus Kabupaten Pangkep bukannya tanpa fasilitas kesehatan. Ada rumah sakit di pulau ini. Masih baru. Anggaran pembangunannya mencapai puluhan miliar.

Sayang, tak dapat menolong ibu hamil yang meregang nyawa hingga akhirnya meninggal dunia. Di atas kapal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Bayi yang dikandung juga tak terselamatkan. Meninggal dunia bersama ibunya.

Nur Jannah, warga Kampung Kappe, Pulau Sailus itu tak dirujuk ke rumah sakit di daratan utama Kabupaten Pangkep. Perempuan berusia 29 tahun itu hendak dibawa ke rumah sakit di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kasus meninggalnya ibu hamil dan bayi yang dikandungnya sangat disesalkan salah seorang warga Pulau Sailus, Wahyudi. Betapa tidak, Pulau Sailus sebenarnya memiliki rumah sakit.

Bahkan, rumah sakit itu baru saja diresmikan penggunaannya. Fasilitas kesehatan yang seharusnya jadi kebanggaan masyarakat dan memudahka pelayanan kesehatan, justru tidak dapat menolong ibu hamil dan bayinya.

Wahyudi mengaku sangat menyesalkan kasus kematian ibu hamil dan bayinya di Pulau Sailus, karena seharusnya mendapat penanganan medis di rumah sakit. "Justru dirawat di Puskesmas," kata Wahyudi, Minggu, 25 Maret.

Padahal, pembangunan rumah sakit itu menghabiskan anggaran hingga Rp41 miliar. Sayang, rumah sakit dengan biaya puluhan miliar itu belum bisa menyelesaikan momok pelayanan kesehatan masyarakat pulau, terutama ibu hamil.

Penuturan Wahyudi, rumah sakit Pulau Sailus dengan biaya pembangunan Rp41 miliar tidak berfungsi sama sekali untuk pelayanan kesehatan.

Kasus kematian ibu dan anak karena tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai masih saja terus terulang. Wahyudi berharap kejadian yang menimpa Nur Jannah, warga Pulau Sailus tidak terjadi lagi.

Dia pun mempertanyakan kepekaan Pemerintah Kabupaten Pangkep melihat banyaknya kasus kematian ibu dan anak.
"Harus berapa korban lagi, agar pemda bisa melihat kondisi kesehatan di kepulauan yang sudah sering menelan korban jiwa," sesalnya.

Harapan warga yang tinggal di pulau-pulau yang lokasinya jauh dari daratan utama Kabupaten Pangkep, ada pada Dinas Kesehatan.

Wahyudi berharap Dinas Kesehatan segera mengoperasikan maksimal rumah sakit di Pulau Sailus dengan baik.

Bukan sekadar membangun gedung rumah sakit, tetapi juga menyediakan peralatan dan tenaga kesehatan yang memadai. Tujuannya, tentu saja agar pasien tidak lagi dirujuk keluar pulau, bahkan ke provinsi lain dengan mengarungi lautan dalam kondisi kritis.

Sangat memiriskan, sebab warga pulau yang ingin berobat, justru harus mengarungi lautan ke provinsi lain. Warga harus mendapat penanganan medis di rumah sakit yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Soal kematian ibu dan bayi yang dikandungnya di atas kapal saat dalam perjalanan menuju Lombok, Sekretaris Dinas Kesehatan Pangkep, Mansyur memberikan penjelasan.

Mansyur menyebut ibu hamil bernama Nurjannah tidak hanya bersama keluarganya saja menuju rumah sakit di Lombok. Pasien yang dirujuk ke rumah sakit di Lombok itu didampingi oleh petugas.

Hanya saja, perjalanan kapal yang ditumpangi ibu hamil tersebut terhambat cuaca ekstrem.

Terkait Rumah Sakit Sailus yang tidak dapat memberikan pelayanan medis kepada ibu hamil, sehingga harus dirujuk ke Lombok, Mansyur mengaku sudah beroperasi.

Hanya saja, tenaga medis yang seharusnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, masih terbatas.

Keterbatasan jumlah tenaga medis inilah yang menjadi faktor penghambat pelayanan kesehatan di pulau tersebut. Meski sudah ada fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dengan biaya pembangunan puluhan miliar rupiah, tetapi tidak maksimal tanpa tenaga medis yang memadai.

Tenaga medis di rumah sakit masih harus membagi waktu dengan pelayanan di puskesmas.

"Rumah sakit sudah digunakan, hanya saja memang personelnya yang masih sama di puskesmas. Kami juga sudah membuka formasi tahun lalu. Namun tidak ada satupun yang mendaftar," tutupnya.

Kasus kematian ibu dan anak di pulau-pulau Kabupaten Pangkep terus berulang tanpa perbaikan sistem pelayanan kesehatan.

Seorang nelayan asal Pulau Satanger,
Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkep, Edi Suseno, harus kehilangan istrinya pada 1 September 2016 lalu.

Istri Edi Suseno yang bernama Sumarni meninggal dunia karena terlambat ditolong oleh bidan ataupun ahli bersalin.

Sumarni akhirnya meninggal dunia di
di Rumah Sakit Sumbawa Besar. Bahkan, jenazahnya juga dimakamkan di NTB karena jarak yang terlalu jauh ke pulau asalnya.

Tak hanya kehilangan istri, Edi juga harus kehilangan bayi yang masih dalam kandungan ibunya.

Anggota Komisi II DPRD Pangkep, Budiamin menyoroti keseriusan Pemkab Pangkep memberikan pelayanan kesehatan maksimal kepada warganya. Dia menilai Pemkab Pangkep tidak serius memberikan dukungan operasional rumah sakit Pulau Sailus, Kecamatan Kalmas.

Betapa tidak, rumah sakit dengan biaya pembangunan Rp41 miliar yang seharusnya menjadi rujukan uskesmas di wilayah itu justru tidak berfungsi maksimal. Pemkab berdalih kekurangan tenaga medis.

"Fasilitas yang kurang, tenaga medis dokter yang tidak ada. Bagaimana warga mau berobat atau dirujuk ke rumah sakit ini," ujarnya. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan