FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kapolsek Ujung Pandang Kompol Syarifuddin menyebut, tahanannya yang meninggal sempat bolak-balik diberikan perawatan di RS Bhayangkara sebelum menghembuskan nafas terakhir pada Kamis (12/9/2024) malam.
Diceritakan Syarifudin, pada 10 Agustus tahanan yang diketahui berinisial MD (43) ini terlibat kasus pencurian dengan pemberatan
"Ada laporannya, kejadian pencurian dengan pemberatan di salah satu toko di kelurahan Lajangiru," ujar Syarifuddin kepada fajar.co.id, Jumat (13/9/2024) siang.
Dari hasil pengembangan, kata Syarifuddin, didapatkan informasi bahwa yang melakukan adalah almarhum Darwis alias MD bersama satu rekannya yang sementara ditahan.
"Setelah diamankan beberapa hari kemudian, almarhum ini sakit, tanggal 3 September sakit kemudian dibawa ke RS Bhayangkara untuk dilakukan perawatan medis," lanjutnya.
Setelah beberapa hari dirawat di RS Bhayangkara, tepatnya pada 5 September MD yang dinyatakan sehat kembali dipulangkan ke Polsek Ujung Pandang.
"Dua hari kemudian, tanggal 7 mengeluh lagi sakit. Dibawa lagi ke RS Bhayangkara. Keluhannya, diagnosa hipertensi," sebutnya.
Syarifuddin lanjut mengatakan, pada 9 September MD kembali lagi ke Polsek setelah dirawat ketiga kalinya di RS Bhayangkara.
"Tanggal 11 tim medis dari Klinik Polrestabes datang memeriksa semua tahanan di Polsek Ujung Pandang. Nah bersangkutan ini salah satu tahanan yang dinyatakan sehat," imbuhnya.
Kemudian esoknya, lanjut orang nomor satu di Polsek Ujung Pandang ini, sekitar pukul 16.30 Wita MD kembali mengalami sakit.
"Akhirnya kita bawa lagi ke RS Bhayangkara dilakukan perawatan. Setelah sampai di sana di UGD, pukul 20.00 Wita, dinyatakan meninggal dunia," terangnya.
"Saya tidak berani mengatakan (pecah pembuluh darah) tapi dari dokter diagnosanya hipertensi. Bisa jadi," tambahnya.
Dijelaskan Syarifuddin, selama masa penahanannya di Polsek Ujung Pandang, MD telah tiga kali bolak-balik menjalani perawatan.
"Kita perlakukan dia sebagai hak-haknya sebagai tersangka. Kita layani, lepas dari perbuatannya itu kan tetap dia pertanggungjawaban. Tapi kebutuhan dasarnya sebagai manusia biasa kita perhatikan. Baik kenyamanan maupun keamanannya," tandasnya.
Syarifuddin bilang, pihaknya selalu melakukan antisipasi untuk menghindari kejadian serupa terjadi. Ia mengedepankan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Tetap kita lakukan antisipasi sesuai dengan SOP dalam melakukan penahanan. Jadi rutin kita melakukan perawatan terhadap tahanan, termasuk kesehatannya kita perhatikan," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, tahanan Polsek Ujung Pandang, Kota Makassar, berinisial MD (43), meninggal dunia pada Kamis malam (12/9/2024) setelah mengeluhkan sakit saat berada dalam tahanan.
MD, yang merupakan pelaku kasus tindak pidana pencurian, mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Polri Bhayangkara.
Meninggalnya MD diiringi isak tangis dari pihak keluarga yang berkumpul di rumah duka di Jalan Maccini Sawah, Kecamatan Makassar.
Keluarga tampak berduka atas kejadian ini, sementara proses hukum yang menjerat almarhum terus berjalan.
MD diketahui ditahan bersama satu rekannya di Polsek Ujung Pandang terkait kasus pencurian yang melibatkan mereka.
Setelah mengeluh sakit di dalam tahanan, polisi segera membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Namun, nyawanya tidak terselamatkan.
"Ditahan karena ikut dengan pergaulan, saya juga tidak tahu kalau dia ikut pencuri itu karena dia lagi mabuk toh. Saya tahunya dia di Morowali, saya tidak tahu dia di Makassar," ujar Murniati, kakak almarhum, Kamis (13/9/2024) malam.
Dikatakan Murni, sapaannya, MD meninggal karena penyakit yang telah dibawanya belakangan ini. Tekanan darah tinggi hingga berujung pembuluh darahnya pecah.
"Meninggalnya almarhum murni bawaan sakit. Dari awal pihak kepolisian baik, tidak pernah ada kekerasan. Selama dia di sana mengakunya tidak pernah diapa-apakan dan tidak pernah ada luka-luka," Murni menuturkan.
Selama di dalam tahanan, kata Murni, MD telah tiga kali keluar masuk rumah sakit dengan keluhan penyakit yang sama.
Hingga akhirnya komplikasi berbagai penyakit tersebut diduga membuat nyawanya tidak dapat lagi terselamatkan.
"Pihak kepolisian sempat menawarkkan autopsi namun kita bilang tidak usah karena memang murni penyakit," imbuhnya.
Kini dua orang anak almarhum masing-masing berusia 18 dan 5 tahun dirawat ibunya seorang diri. Kabarnya, Jumat (13/9/2024) siang ini jenazah dikebumikan di kampung halamannya di Desa Sanrobone, Kabupaten Takalar.
(Muhsin/fajar)