"Lah, negara lain berjuang agar rakyatnya pintar untuk mengejar keunggulan teknologi, kita kembali ke pertanian? Seakan di dunia ini tidak ada teknologi untuk menaikkan produksi pangan dan membuatnya efisien? Mengapa kita kembali pada strategi menjadi negara miskin?" sindir Made.
Tidak ada yang berani mendebat kebijakan-kebijakan itu. Dan para elite bernegosiasi di antara mereka sendiri untuk menentukan siapa dapat apa.
"Hukum? Kalau Anda bagian dari elite, hukum itu bisa ditekuk untuk melayani kepentingan kekuasaan Anda sendiri. Yang kira-kira menyimpang dan tidak bisa Anda kontrol, bikinkan kasus. Ketika mereka sudah tersudut hentikan pemeriksaan; atau teruskan dan nanti berikan amnesti atau abolisi," singgungnya.
Hal yang sama tidak berlaku untuk mereka yang sekadar memperjuangkan haknya, seperti Budi Pego di Banyuwangi yang memperjuangkan tanahnya yang dirampas untuk pertambangan emas.
"Itulah sebabnya, saya tidak ragu menyatakan simpati pada Masyarakat Pati Bersatu. Di tangan orang-orang seperti mereka inilah rakyat yang tidak mampu bersuara mendapatkan suaranya. Mereka berani melawan apa yang tidak bisa atau tidak berani disuarakan rakyat biasa," urai Made.
Kalau Anda warga Pati, berbondong-bondonglah untuk datang ke aksi protes 13 Agustus nanti. Datanglah sebanyak-banyaknya. Kepunglah kantor bupati dan paksa bupati yang arogan itu untuk mempertanggungjawabkan kebijakannya. Anda bukan budak yang bisa diperas seenaknya oleh penguasa. Anda adalah pemilik Pati dan Indonesia ini.