Kembangkan Teknologi Robot, Bantah Stigma Animasi, Meski Habiskan Puluhan Motor

  • Bagikan
Akan tetapi, robot yang bisa mendeteksi mimik atau raut wajah manusia, dan bisa mengambil tindakan sesuai dengan situasi yang berada disekitarnya. Termasuk teman therapy atau robot penjaga. "Teknologi robot berperasaan ini sudah melampaui teknologi yang ada sekarang ini. Bahkan banyak yang mengatakan sudah mengalahkan revolusi industri 5.0 (masih dalam pengembangan)," ungkapnya. Pria kelahiran Ujung Pandang 17 Agustus 1977 ini mengaku untuk membangun memori robot berperasaan itu cukup rumit. Bukan hanya dari segi program, tetapi juga dari segi sparepart atau bahan penyusunnya. Apalagi di Indonesia belum ada perusahaan yang memproduksinya. Sehingga harus didatangkan dari luar negeri. Biaya untuk membuat robot yang memiliki perasaan juga cukup mahal. Bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bahan bakunya adalah motor dan sensor. Diakuinya, satu motor tidak kurang Rp1 juta. Membuat satu unit robot dibutuhkan puluhan motor. "Untuk ukuran kecil saja itu minimal menggunakan 18 motor, sehingga bisa dikalkukasi sendiri biaya. Belum termasuk harga sensor dan chipsetnya," ulasnya. Selain itu, juga harus diperhatikan dalam membangun sistem robot berperasaan adalah mensinkronkan antara perintah dengan pelbagai motor dan sensor bisa berjalan dengan baik. "Semakin banyak gerakan (luwes) robot, maka banyak sensor dan motor yang digunakan. Membuatnya sejalan yang paling rumit dan butuh bahasa programer yang kompleks (tidak cukup satu bahasa programer)," bebernya. Alumnus Doktoral University of Technology, Sydney ini menjelaskan, salah satu program yang digunakan untuk robot berperasaan adalah phantom. Program ini mampu mentranskripkan perintah yang telah dimasukkan ke chipset yang ditanam dalam robot.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan