63 TAHUN PROF MUSAFIR PABABBARI

Prestasinya yang cukup baik, membuka mata Prof. Azhar Arsyad, Rektor UIN Alauddin, dengan menunjuknya menjadi Dekan di fakultas yang menjadi anak kandung IAIN Alauddin ini. Sepanjang empat tahun menjabat, ia berhasil mendorong lahirnya jurnal al-Fikr, yang kala itu menjadi satu-satunya jurnal terakreditasi se-Indonesia Timur. Ia sungguh menyadari bahwa kampus adalah ruang produksi pengetahuan (knowledge), dan jurnal adalah wadahnya.
Selain itu, ia pun menyadari bahwa fakultas dipimpinnya, “Ushuluddin” yang berarti “dasar agama”, harus menjadi episentrum tumbuh-kembangnya gagasan-gasasan keislaman yang segar (fresh) pada satu sisi, dan menjadi rahim dari lahirnya ulama intek sekaligus intelek ulama pada sisi lain. Untuk mendorong ide ini, ia menginisisasi berdiri dua program studi baru, yakni; Prodi Sosoiologi Agama dan Prodi Ilmu Politik (konsentarisi Politik Profetik).
Urgensi dua jurusan mengingat realitas agama di Indonesia yang sangat plural dan rentang konflik. Bahkan, sudah menjadi fenomena sosial di negeri ini, “politik seringkali mendeterminasi agama, begitu juga sebaliknya, agama melegitimasi kepentingan politik.”
Adapun usaha FUF melahirkan ulama, maka dikembangkan program khusus (Tafsir Hadis Khusus – Tahfidz al-Quran), Ma’had Ali, sebagai program kederisasi. Meskipun program ini dimulai oleh dekan sebelumnya, Prof. Galib, namun dikembangkan oleh Prof.Musafir kala itu.
Bahkan, pada masanya, tahun 2009, juga dibuka untuk Jurusan Aqidah Filsafat Khusus – penulis adalah salah satu alumninya. Program ini didesain sedemikian sehingga dapat menjadi pendidikan ulama. Kurikulum pembelajarannya pun mengacu pada teks-teks primer (Arab dan Inggris).