Mereka di Balik Pemakaman IYL (1)

Penggali lainnya, Akbar menambahkan, persiapan untuk kuburan pejabat hanya berbeda dari sisi seremonial. Jelang jenazah dimasukkan ke liang lahat, ada prosesi yang menyertainya. Para kolega memadati pemakaman dengan penjagaan ketat. Kepolisian juga dikerahkan untuk menjaga agar prosesnya lancar.
"Ada juga yang mau dikubur bersamaan dengan ini (almarhum) di sebelah sana. Tetapi, bukan pejabat. Orang biasa," sebutnya, sembari menunjuk ke arah lain pekuburan yang telah padat pengunjung.
Mandor Lapangan TPU, Saharuddin, menganggap sudah jadi tugas para personelnya untuk menyiapkan pemakaman. Sebenarnya, TPU Paropo membawahi 23 orang untuk tugas-tugas seperti itu. Ada yang tinggal di sekitar pemakaman, ada pula yang tinggal jauh dari lokasi itu.
Mereka juga berstatus sebagai honorer di bawah UPT Pemakaman. Upah mereka hanya Rp850 ribu per bulan dengan status tenaga kontrak. Tugasnya lainnya adalah merawat area pemakaman. Tak terkecuali memberikan pelayanan penggalian kubur bagi orang yang meninggal."Kami melayani semua orang. Tidak pernah memilih-milih. Baik kaya, miskin, pejabat maupun golongan masyarakat biasa. Pelayanannya sama. Kebetulan, karena ini pejabat dan banyak pelayatnya, tentu pelayanan ditingkatkan," tuturnya.
Para penggali kubur sudah terbiasa berhadapan dengan laporan-laporan kematian. Tak ada bedanya antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, kabar tentang wafatnya Ichsan Yasin Limpo langsung dikerjakan para petugas di tempatnya. Baginya, tugas dan kewajiban mengeruk tanah sudah jadi makanan sehari-hari. "Bagaimana pun, kami melaksanakan tugas dan kewajiban saja. Semuanya sama kalau sudah di kubur. Harta juga tak bisa dibawa mati," pesannya. (*/abg-zuk)