Susahnya Listrik di Pulau Terluar, Genset Terbatas, LTSHE Jadi Peretas

Khusus di Desa Satanger, terdapat 311 boks lampu tenaga surya yang akan disalurkan nantinya untuk 311 rumah. Satu boks itu terdiri atas empat paket lampu.
"Bagusnya, lampu ini bisa dibawa ke mana-mana. Jadi tidak hanya untuk di rumah saja. Tetapi bisa dipakai untuk melaut. Apalagi, warga yang melaut di sini biasa sampai berhari-hari. Jadi bisa menggunakan lampu ini," paparnya.
Lampu tersebut tidak sulit untuk dilakukan isi ulang kembali. Agar tetap hidup. Hanya mengandalkan sinar matahari. Lampu yang berada dalam panel khusus akan menghantarkan listrik.
Usai bertemu dengan teknisi lampu tenaga surya itu, ia menjelaskan prinsip kerja LTSHE ini merupakan energi dari matahari ditangkap oleh panel surya. Lalu, diubah menjadi energi listrik yang disimpan di dalam baterai.
"Energi listrik di dalam baterai ini yang kemudian digunakan untuk menyalakan lampu. Sangat cocok untuk daerah yang belum terjangkau PLN seperti di pulau," bebernya.
Senada dengan itu, Kepala Desa Poleonro, Kecamatan Liukang Tangaya, Irwan, mengatakan, pulaunya sudah puluhan tahun tidak ada aliran listrik yang masuk.
Adanya bantuan listrik ini dinilai sangat membantu masyarakat. Utamanya anak sekolah. Ia mengaku anak sekolah sudah dapat belajar dengan lampu ini.
"Kami tidak gelap lagi, sudah ada bantuan. Tidak bisa dibayangkan suasana pulau kita kalau malam hari. Anak-anak tidak dapat belajar selama ini karena gelap saat malam hari," katanya.
Khusus di Poleonro, sebanyak 272 unit akan dibagikan kepada 272 rumah. "Dengan LTSHE ini, selain dapat digunakan untuk kebutuhan di rumah juga bisa dipake nelayan melaut untuk penerangan di laut," paparnya. (*/abg-zuk)