Selokan Jernih, 2 hingga 3 Bulan Sekali Bisa Panen Ikan

  • Bagikan
Lokasi lapak tidak tentu berada di depan rumah. Setiap lapak disekat bambu. Sehingga ikan-ikan tidak akan kabur ke lapak milik orang lain. “Sejatinya tak ada penentuan lokasi lapak. Bergantung lokasi rumah. Misalnya, di depan rumah orang A ternyata tidak ada selokan. Itu nanti ditentukan rembukan bersama warga lain,” jelas Irfah. Pemilik lapak berkewajiban merawat dan memberi makan ikan-ikan. Stok makanan menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing. Bukan kolektif. Kini tak perlu papan larangan membuang sampah di selokan. Warga sudah sadar dengan sendirinya untuk menjaga saluran. Tahun lalu, saat musim hujan tiba, masyarakat sempat dikhawatirkan ikan-ikan akan kabur. Untuk mencegahnya, Irfah dan warga membangun sistem buka tutup di bendungan desa. “Kalau hujan gede, pintu bendungan ditutup. Jadi, arus air selokan depan rumah nggak terlalu besar,” jelasnya. Warga desa tidak menerapkan jam khusus untuk memantau kondisi setiap lapak. Namun, semua berjalan dengan lancar. Rasa menjaga dan merawat tumbuh di pribadi masing-masing. “Jadwal membersihkan tidak ada. Tapi, orang-orang di sini, kalau ada sampah, langsung diambil. Dengan sendirinya, tidak pakai disuruh,” ucap Irfah. Setiap pemilik lapak juga diberi kebebasan untuk menjual ikan-ikannya. Koperasi Ecovillage Bendungan Asri Ramah Berbudaya Lingkungan (Baraya) menerima ikan yang dipanen warga. “Kadang dua hingga tiga bulan waktu panennya,” kata Irmansyah yang bertugas sebagai koordinator Baraya. Irmansyah menyebutkan, ekonomi masyarakat desa juga terjaga. Masyarakat desa bisa memandirikan ekonomi masing-masing. “Kadang ada yang jual ikan nila atau emas juga sih,” imbuhnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan