Di sinilah menjadi momentum awal komitmen Supratman untuk belajar biola. Van Eldik dan Roekijem menyanggupi untuk mengajari saat Supratman memintanya di atas Van der Wijk. Kapal pun sampai.
Kees yang hendak ditinggali keluarga van Eldik tak jauh dari pelabuhan itu. Juga dekat dari pusat pemerintahan Belanda di Makassar, Balaikota dan Benteng Rotterdam. Kees semacam perkampungan atau kompleks militer.
Di situ lengkap dengan tangsi, gudang perbekalan, tempat pendidikan dan latihan, rumah sakit, serta perumahan keluarga tentara. Untuk rumah sakitnya, kemungkinan yang kini menjadi RS Pelamonia.
"Asrama Kees barangkali yang di Jl Rajawali," sebut Nasir, petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar mencoba mengidentifikasi lokasi Kees yang dimaksud.
Asrama itu masih ada saat ini. Peninggalan Belanda itu kini dimanfaatkan oleh TNI. "Memang itu bangunan tua termasuk yang di depannya. Di situ tertulis Anno 1920-an kalau tidak salah," lanjutnya.
Menjejakkan kaki di tanah Makassar untuk pertama kali, hal pertama dilakukan Supratman adalah berobat. Ia memilikipenyakit kulit. Di daerah Kees itulah Eldik menempati salah satu rumah dinas yang khusus disediakan untuk golongan bintara bangsa Belanda atau Indo-Belanda yang menjabat anggota staf komando atau instruktur.
Tugas baru Eldik yang berpangkat sersan di Makasar ialah menjadi instruktur di Batalion XIX. Di klinik tentara Belanda, penyakit kulit Supratman diobati. Tak butuh waktu lama. Suasana psikologinya yang riang, membantunya cepat sembuh.