Kisah Supratman di Makassar, Tambah “Rudolf” Tiba di Rajawali

  • Bagikan

Langkah berikutnya setelah sembuh, Supratman butuh sekolah. Hasil runding kakak dan iparnya memutuskan ia masuk ke sekolah Belanda, ELS alias Eurospeesch Lagere School. Dengan satu syarat, namanya harus mengandung nama Belanda.

ELS setara dengan SD saat ini. Supratman lalu dipersamakan (gelijkgesteld) sederajat dengan anak Belanda. Van Eldik menjadikan adik iparnya itu sebagai anak angkat. Nama Wage Supratman disisipi "Rudolf" oleh van Eldik.

"Dari ibu saya diberi nama Wage. Dari ayah, ditambah Supratman. Dan sekarang dari Kakak Eldik, ditambah lagi dengan Rudolf," kata Supratman saat menerima nama baru itu.

"Ya, namamu sekarang, Wage Rudolf Supratman, bagaimana?" sahut van Eldik.

"Wage Rudolf Supratman, wah bagus betul namamu sekarang," sambung Roekijem (eja: Rukiyem).

Supratman senang. Namun, dia gelisah. Dia khawatir penambahan nama itu membuat dia jadi orang Belanda. Eldik lalu menerangkan bahwa nama itu tidak mengubah asal-usulnya. Hanya tambahan agar bisa masuk ke sekolah elite.

Keesokan harinya, Roekijem mengirim surat kepada ayah dan adik-adiknya di Cimahi ihwal kedatangannya dengan selamat di Makasar. Sekaligus menyampaikan nama Wage Supratman yang telah disisipi Rudolf.

Sejak saat itu, kepada teman temannya yang baru di Kompleks Kees, Supratman memperkenalkan dirinya sebagai Rudolf Teman-temannya yang sinyo, yang noni, yang totok, dan yang blasteran memanggilnya Rudolf.

Tetapi, teman-temannya yang pribumi, memanggilnya Dolok, atau Dolof. Karena pandai membawa diri, dalam waktu singkat saja ia diterima pendidikan sekolah Belanda itu. (bersambung--ikuti ceritanya edisi cetak Kamis, 9 April 2020)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan