Oleh sebab itu, Nabil mendorong pemerintah untuk mendukung riset obat herbal. Termasuk mendukung produksi jamu tradisional atau herbal.
“Saya berharap para produsen jamu/obat tradisional kita akan berjaya, bisa memenuhi pasar domestik dan memasok ke pasar internasional,” pungkasnya.
Diketahui, Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesa Dwi Ranny Pertiwi mengeluhkan dengan Satgas Covid-19 DPR yang mengimpor jamu tradisional asal Tiongkok untuk bisa digunakan di dalam negeri.
“Saya melihat ada Satgas Covid-19 DPR ini impor jamu dari Tiongkok secara besar. Saya orang Indonesia Ketua Umum GP Jamu saya keberatan,” ujar Dwi.
Dwi mengeluhkan karena jamu yang diimpor oleh Satgas Covid-19 DPR ini dari Tiongkok ini bahan bakunya semua ada di Indonesia. Sehingga, Gabungan Pengusaha Jamu seperti tidak dianggap oleh Satgas Covid-19 DPR ini.
“Yang saya tahu jamu impor yang diberikan Satgas DPR ini kami juga bisa membuatnya. Jadi kami keberatan ternyata kami dari jamu Indonesia tidak dianggap Satgas DPR ini,” katanya.
Dwi mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga tidak diajak berbicara oleh Satgas Covid-19 DPR dalam mengimpor jamu asal tiongkok tersebut. Sehingga hal itu membuat para pengusaha jamu bertanya-tanya.
Tak hanya itu, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia Ingrid Tania mengatakan, banyak dokter yang bertanya kepadanya mengenai obat yang didatangkan oleh Satgas Covid-19 DPR.
Hal itu karena para dokter yang bertugas khawatir dan takut menggunakan obat yang diberikan oleh Satgas Covid-19 ini.