Jelang waktu shalat Isya, remaja putri menyudahi pengajiannya. Mereka gelisah karena suara adzan sudah terdengar di masjid lain. Sementara di masjid itu belum ada laki-laki lain yang muncul untuk mengumandangan panggilan shalat itu.
Rahim tidak mungkin melakukannya karena ia bisu. Tidak jelas ucapannya. Rahim meminta salah seorang di antara perempuan itu saja yang adzan. Tidak bisa karena harus laki-laki yang adzan. Remaja perempuan itu menyuruh rahim saja yang adzan dengan segala keterbatasannya.
Rahim pun setuju dan mencoba. Jamaah putri menunggu dengan twgang. Rahim menghadap mikrofon untuk adzan. Ia meraba-raba tenggorokannya seolah menyetel suaranya. Ia coba. Dan suaranya keluar walau tidak jelas.
Tetapi lama kelamaan lafaz bacaan adzannya semakin jelas. Suaranya yang keluar melalui speaker masjid pun terdengar pemuda lain yang sedang berjalan menuju masjid. Mereka terkejut, heran, senang, karena mengenali suara itu suara Rahim. Mereka berlari menuju masjid.
Sementara Rahim berjuang menyelesaikan panggilan shalat itu. Darah pun mengucur dari hidung dan telinganya.
Suaranya tertahan ketika Rahim hendak mengucapkan kalimat terakhir laa ilaaha illallah. Ia berusaha keras.
Rahim akhirnya roboh ketika para pemuda teman-temannya tiba di masjid namun belum sempat menyaksikan langsung Rahim bisa melantunkan adzan Isya.
Inilah salah satu kreativitas, inovasi, dan cara cerdas berkampanye yang dikemas dengan film pendek oleh Tim Kreatif Appi-Rahman.
Appi-Rahman memprogramkan tunjangan bernilai Rp 1 juta per bulan bagi marbot masjid jika terpilih memimpin Kota Makasaar yang memiliki 948 masjid. (sua)