Dosen di Makassar Babak Belur Dihajar Polisi, Padahal Hendak Beli Makanan

  • Bagikan

Andri berupaya untuk meyakinkan polisi bahwa dia adalah dosen dan bukan dari bagian massa aksi yang anarkis, ternyata oknum polisi itu terus menyiksa Andri secara membabi buta.

Andri pun mulai kehabisan tenaga dan tak mampu lagi menjelaskan bahwa dia adalah seorang dosen kepada polisi. Bahkan, dia sempat mengira bahwa saat itu adalah detik-detik jelang akan tewas dihajar para oknum polisi.

"Tiga kali saya berdiri, saya dihantam pakai tameng di paha hingga lebam. Luka ini (di tangan) saya sudah tak sadar. Sempat saya kira di situ adalah ajal saya," jelas dia.

Setelah menjalani penyiksaan di dalam mobil tahanan, dia pun dibawa ke Polrestabes Makassar untuk diperiksa dan menjalani rapid test.

Keesokan harinya, dia pun bebas namun menyisakan beberapa luka di bagian tubuhnya. Seperti lebam di mata dan paha. Serta pendarahan pada bola mata, goresan di tangan, dan beberapa luka di kepalanya.

Beruntung sampai hari ini dia masih sadar dan masih bisa diajak berkomunikasi dengan orang lain. Namun, tindakan yang ia terima saat itu dia pendam dalam hatinya.

Andri pun melapor dugaan salah tangkap terhadap dirinya itu di Pusat Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) dan Hak Asasi Manusia untuk mendapat pengawalan.

"Kita akan lakukan upaya pendampingan hukum untuk melaporkan kepada institusi kepolisian. Kami harapkan pelaku (oknum polisi) bisa dihukum secara institusi, terkait pelanggaran etik profesi kepolisian ini," kata Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum PBHI Sulsel, Syamsumarlin.

"Kita juga akan lakukan upaya pengaduan atas situasi dan tindakan ini, dan diharapkan nanti direspon oleh Kompolnas sampai ke Komnas HAM," sambungnya, kepada wartawan. (Ishak/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan