"Lalu, mengapa presiden tidak menggantinya saja dengan sosok lain yang diyakini lebih mampu? Bukan malah mengumbar kemarahan ke publik," jelasnya.
Herzaky juga menanyakan apakah presiden sudah tidak bisa mengontrol para menterinya lagi, sehingga perlu menunjukkan kemarahan di depan publik.
"Atau, jangan-jangan, ada sesuatu yang membuat presiden tersandera? Tidak bisa mengganti para menteri atau pembantunya yang dirasa beliau tidak berkinerja baik?" pungkasnya. (jpnn/fajar)