Kedua, ada local flavour dalam dunia medis Indonesia. Ini terkesan semantik tetapi nyata. Di Indonesia, banyak istilah penyakit yang dibahasakan dalam bahasa lokal. Istilah stroke telinga tidak ada dalam kamus standar diagnosis medis. Tapi dokter Indonesia menggunakan istilah itu untuk menggambarkan suatu jenis ketulian yang bahasa medisnya adalah sensorineural hearing loss. Dokter Singapur pasti enggak paham istilah ini dan merasa aneh mendengar ada penyakit stroke ditelinga. Ada juga istilah angin duduk, yang bahasa medisnya adalah angina atau serangan jantung. Ini penyakit parah sebenarnya. Saat dokter Singapur mendengar diagnosis ini, pasti komennya,”Mana ada pasien gawat begini hanya didiagnosis masuk angin?”. Padahal mereka tidak paham bila itu terminologi lokal. Local flavour membuat diagnosis dokter Indonesia tampak aneh didepan dokter asing. Dan parahnya, sebagian masyarakat yang kurang paham lantas menuding diagnosis dokter Indonesia tidak tepat.
Ketiga, dari segi kemampuan kognitif, tidak ada bukti dokter asing lebih hebat dari dokter Indonesia. Belum ada studi menunjukkan bahwa IQ dokter asing lebih tinggi dari dokter Indonesia. Semua dokter memiliki kemampuan kognitif cemerlang. Bila kemampuan kognitifnya comparable, lantas mengapa diagnosis dokter Indonesia dengan dokter asing bisa beda?
Begini ceritanya. Beberapa dekade lampau, dokter hanya mengandalkan pemeriksaan fisik dalam membuat diagnosis. Modalnya hanya stetoskop. Alat medis masih amat kurang. Namun saat ini, alat medis canggih sudah menjamur. Alat-alat inilah yang paling membantu dokter membuat diagnosis saat ini. Semakin banyak dan canggih alatnya, semakin sensitif diagnosisnya. Makanya, dokter yang memiliki akses ke teknologi dan peralatan medis yang canggih lebih sensitif dalam pekerjaannya. Seorang dokter yang menggunakan alat MRI canggih tipe Tesla (7TMRI), misalnya, akan dengan mudah mendiganosis penyakit secara tepat dibanding dokter yang hanya menggunakan roentgen atau MRI biasa. Demikian pula saat melakukan operasi; sebagian dokter sudah menggunakan bantuan robot sementara yang lain masih manual. Tentu saja hasilnya beda.