Karena perbedaan kecanggihan alat ini, diagnosis antara sesama dokter bisa berbeda. Jangankan dokter antar negara, antar daerah saja bisa beda. Dan ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara-negara maju juga hal ini terjadi. Diagnosis yang dibuat dokter di New York bisa saja amat berbeda dengan dokter yang di Michigan. Pasalnya, yang menentukan keakuratan bukan hanya dokter tetapi juga alatnya. Istilahnya, the gun and the man behind the gun.
Keempat, bisakah dokter Indonesia keliru? Ya bisalah. Bukan hanya dokter Indonesia, dokter Inggris dan Amerikapun banyak yang melakukan kekeliruan medis. Diagnosis penyakit itu jumlahnya ribuan. Gejalanya kadang mirip dan samar-samar. Tidak jarang, bahkan setelah menggunakan alat sensitifpun, masih ada keraguan dalam diagnosis dan pengobatan. Dan ini berlaku universal bagi dokter seluruh dunia. Tahun 2019 di Inggris, NHS menerima lebih 10 ribu klaim kekeliruan medis dan harus membayar ganti rugi sebesar US 3,1 milyar. Nilai ini setara dengan 2% dari total budget NHS. Di Malaysia, menurut sebuah jurnal ilmiah, kesalahan medis bervariasi antara 12-98%, tergantung setting-nya. Kalau diambil nilai terendahnya saja, artinya dari 100 pasien yang berobat, 12 diantaranyta mengalami kesalahan medis. Hal yang sama terjadi di Singapur dan negara lain. Artinya, tidak ada negara atau tidak ada dokter yang tidak membuat kekeliruan medis.
Kelima, dokter Indonesia sangat banyak yang pintar-pintar dan hebat-hebat. Tidak kalah dengan dokter asing. Cuma dalam hidup ini, percaya atau tidak, manusia sering diselimuti faktor lucky dan unlucky. Misalnya saja, seorang dokter Indonesia mendiagnosis dan merawat 10 pasien. Ia berhasil mendiagnosis dan merawat dengan baik 9 pasien. Satu pasien tidak dapat didiagnosis dengan baik walau ia telah berusaha. Ini unlucky pertama. Unlucky kedua, keluarga pasien ini orang kaya.
Cuannya banyak dan pasien inipun dibawa periksa keluar negeri. Terungkaplan kekeliruan diagnosis dokter Indonesia. Unlucky ketiga, pasien, keluarga pasien dan dokter asing sama-sama menertawakan dokter Indonesia. Kasian banget. Padahal kekeliruan dan faktor lucky and unlucky demikian bisa terjadi pada semua dokter didunia tanpa kecuali. Apakah ada dokter asing yang bisa mendiagnosis dan merawat secara tepat 100% pasiennya? Tentu saja tidak. Disana-sini pasti ada bolongnya.