FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Langkah Danone Aqua menggandeng sejumlah ulama dari Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta dituding untuk meredam isu boikot dan memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan.
Publik pun mempertanyakan motif di balik pendekatan Danone Aqua kepada sejumlah ulama. Perusahaan multinasional ini dianggap mencampuradukkan urusan bisnis dengan otoritas keagamaan dalam situasi yang sarat kepentingan.
Baru-baru ini, forum Bahtsul Masail NU Jakarta menyelenggarakan sebuah kajian keagamaan yang menghasilkan rumusan yang melepaskan Danone Indonesia dari keterkaitannya dengan Israel.
Setidaknya ada lima poin yang menjadi landasan kesimpulan tersebut, termasuk tidak adanya aktivitas ekspor dan impor langsung maupun tidak langsung antara Danone Indonesia dan Israel, fakta bahwa Aqua diproduksi oleh 11.000 pekerja di Indonesia, serta peran aktif Aqua dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Palestina.
Namun, alih-alih menenangkan situasi, strategi ini justru dianggap tidak etis oleh banyak pihak. Aktivis boikot di media sosial, Aresdi Mahdi atau Habib Ama, melalui akun Instagramnya menyindir, "Rugi amat kl gak minum akua apa, sampai harus dibela dgn cara-cara lucu begini. Kenapa gak kalian promosikan air mineral @santrisegar yg jelas punya keluarga besar NU."
Kader muda NU dari Jaringan Muslim Madani, Sukron Jamal, juga melontarkan kritik serupa. Ia menilai forum Bahtsul Masail NU Jakarta pada 30 April lalu telah dimanfaatkan sebagai alat untuk melakukan kontra-opini terhadap pemberitaan yang menyebut Aqua dan Danone sebagai produk dan perusahaan yang berafiliasi dengan Israel.