Pembelajaran Mendalam Bukan Garis Final

  • Bagikan
Ilustrasi. (INT)

Hal ini juga seharusnya lagi-lagi membentuk mindset kita dalam memandang murid sebagai manusia yang utuh, yang bukan hanya otaknya yang perlu diberi makan tetapi juga jiwa, perasaan dan tubuh fisiknya (jasad). Implikasi dari paradigma holistik ini adalah pembelajaran yang semakin kaya, menyeluruh dan berkembang.

Hal yang cukup penting dalam PM ini adalah disebutkannya secara ekskpisit etika dan adab, yang selama ini banyak tergerus dan terlupakan dalam pendidikan kita. Ungkapan ‘adab dulu baru ilmu’ kiranya mendapat tempat pada PM.
Belum lagi jika kita berbicara estetika dan kinestetik dua hal yang sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, perasaan yang peka: peka dan peduli pada kondisi di sekitarnya, peka pada keindahan, peka pada perasaan orang lain; serta tubuh yang sehat dan bugar.

Setelah hal-hal fundamental tersebut di atas beres, barulah kiranya kita bisa menelisik lebih jauh kerangka PM yang titik bidiknya adalah delapan dimensi profil lulusan, dengan tiga prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan; tiga pengalaman belajar (siklus memahami, mengaplikasi dan merefleksi), yang ditopang dengan kerangka yang kokoh meliputi praktik pedagogis, pemanfaatan teknologi digital, lingkungan belajar dan kemitraan pembelajaran.

Ekosistem pembelajaran yang hendak dibangun tentulah sangat dinamis dan penuh tantangan, sebagai sebuah pendekatan PM tentu bukanlah garis finish dan patokan absolut dan kaku.
Melihat kerangka PM, peluang pendidik dan pemangku kepentingan lainnya terbuka lebar dalam rangka menyempurnakan, mengembangkan, memperkaya, memodifikasi , menginterpretasi dan mengaplikasikannya secara konkrit (melalui model, metode, media, teknik dan strategi pembelajaran, bahkan bisa dikombinasikan dengan pendekatan pembelajaran lainnya) di ruang-ruang kelas sesuai karakteristik, kapasitas dan kebutuhan masing-masing.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan