Kisah Rini Mengandung di Dalam Penjara

  • Bagikan

Perempuan-perempuan ini mengandung, melahirkan, dan menyusui di dalam tahanan. Perjuangan berat merawat buah hati mana kalapada saat yang sama, seorang ibu diduga tega membunuh bayinya.

RINI, demikian nama lengkap yang sangat pendek dari seorang perempuan 33 tahun itu, hanya terpekur ketika majelis hakim memukul palu. Sabu-sabu 0,26 gram yang diajukan di muka persidangan, membuktikan dia telah menjual barang haram tersebut. Tertunduk dalam-dalam, Rini mengusap perutnya yang telah membesar begitu vonis empat tahun penjara dibacakan. Bulan depan, ibu yang sudah memiliki dua anak itu dipastikan melahirkan dengan status terpidana. Tepat tengah hari pada Senin (29/1), Rini buru-buru keluar dari Ruang Kusumah Atmadja di Pengadilan Negeri Samarinda setelah persidangan kelar. Yudi Satrio, jaksa penuntut umum yang bertubuh jangkung, mengiringinya menuju mobil tahanan. Di samping Yudi, Rini berjalan sangat cepat sampai kerudungnya beberapa kali melorot. Rini adalah perantauan dari Mamuju, Sulawesi Barat. Hanya dia dan suaminya di Samarinda. Dua anaknya dititipkan kepada kerabat di kampung halaman. Pada 27 Agustus 2017, Rini tertangkap basah menjual sabu-sabu kepada petugas yang sedang menyamar di Jalan Lambung Mangkurat, Samarinda Kota. Sejak saat itu, Rini tak pernah berjumpa dengan suaminya lagi. "Saya sama sekali tak punya keluarga di sini," tutur Rini kepada Kaltim Post ketika ditemui sebelum sidang dimulai. Dia hanya menggeleng saat disinggung masa depan bayi yang dikandungnya. "Saya tidak tahu. Saya ikut nasib saja," ucapnya dengan suara tertahan. Jika Rini segera melahirkan dengan status tahanan, Nana–bukan nama sebenarnya-- telah melewatinya. Nana adalah perempuan 31 tahun yang hidup di balik jeruji besi di Rumah Tahanan Klas II A Samarinda. Dia dihukum setahun bui sejak Oktober tahun lalu karena kasus penggelapan. Kaltim Post mengikuti persalinannya pada Ahad (4/2) lalu. Enam jam sebelum melahirkan, Nana yang masih di dalam sel tahanan sudah merasakan perutnya bergejolak. Namun, dia memilih diam karena tak nyaman mengganggu petugas. Sampai pukul 3 dini hari, Nana tak kuasa lagi. Petugas yang mengetahui bahwa dia segera melahirkan segera memanggil ambulans. Nana tiba di Instalasi Gawat Darurat RSUD AW Sjahranie Samarinda dengan wajah yang sangat pucat. Dua petugas dan seorang perawat rutan menjaganya. Dua jam kemudian, bayi perempuan yang sehat dan cantik akhirnya menghirup udara di dunia. Tidak ada suami, apalagi keluarga yang menemani persalinannya pagi itu. Suami Nana disebut bekerja di Surabaya, Jawa Timur, sejak dua bulan terakhir. “Dia anak keempat saya. Alhamdulillah, prosesnya cepat. Mungkin karena bayinya perempuan,” tutur Nana. Dia mengaku lega karena satu fase kehidupan yang berat telah dilewati. Nana sudah melalui rasanya mengandung di dalam penjara. Jurang kehidupan yang kini harus dihadapinya makin dalam. Nana harus memikirkan cara mengasuh bayinya. Nana memang melewati hamil tuanya di dalam tahanan. Dia hidup bersama 92 warga binaan perempuan dalam satu blok penjara yang terdiri dari dua kamar. Setiap kamar berukuran 32 meter persegi diisi 45 orang. Normalnya, kamar itu hanya cukup menampung tujuh orang. Dengan demikian, setiap warga binaan hanya punya ruang 0,7 meter persegi. Ruang sesempit itu bahkan lebih kecil dari ukuran tempat tidur tunggal. Hidup berdesakan di kamar yang sumpek, Nana tak mengenal istilah dinginnya jeruji besi (baca juga: Sel Kapasitas Tujuh Orang Dihuni 40 Tahananhalaman 2). Perempuan mana yang tega melihat perempuan lain menderita ketika sedang berbadan dua. Rekan-rekan sebilik sebisa mungkin memberikan keleluasaan buat Nana. Mereka berusaha menyisakan tempat yang cukup luas agar Nana, bersama enam tahanan yang juga hamil, bisa beristirahat dengan baik. Namun, itu saja tak cukup mengurangi penderitaan Nana yang mengandung ketika raganya terkurung. Jangankan mengidam, perempuan berkulit putih itu kesulitan memenuhi asupan gizi untuk janin di perutnya. Sebagaimana warga binaan yang lain, Nana makan mengikuti jadwal. Sehari tiga kali makan setiap pukul 07.00, 11.00, dan 17.00 Wita. Menu sehari-hari adalah nasi, sayur, dan lauk yang berganti seperti ikan bandeng, ikan asin, atau telur. Porsinya untuk orang normal, bukan perempuan berbadan dua. Hidup di bui memang menyiksa diri, juga kantong pribadi. Nana akhirnya mengeluarkan uang untuk menambah makanan. Dia membayar Rp 25 ribu kepada koki atau memesan dari kantin rutan. Keluarga yang membawa makanan sedikit meringankan. Nana baru mendapat kelonggaran menjelang hari persalinan. Dia ditempatkan di klinik rutan berkapasitas enam orang. Seorang dokter dan empat perawat bertugas memantau kesehatan mereka. “Hamil di dalam penjara itu susah,” ucap Nana setelah melahirkan. Dia mengaku, tak ingin mengingat masa sulit itu lagi. Dua hari setelah persalinan, Nana kembali ke rutan. Namun, Nana lebih beruntung dibanding Rini, karena memiliki keluarga di Samarinda. Bayi perempuannya yang masih berkulit merah akan dititipkan di rumah kerabat. Lagi pula, sisa hukuman Nana tinggal beberapa bulan. "Begitu keluar, saya akan memberikan kasih sayang kepadanya," janji sang ibu. Segala kesukaran mulai mengandung hingga melahirkan membuat Nana berkata demikian. Nana melahirkan ketika, di rumah sakit yang sama, sesosok jasad bayi terbujur di ruang forensik. Muhammad Mifzal, nama bayi laki-laki berumur 9 bulan, diduga dibunuh ibu kandungnya. Mifzal meninggal dalam kondisi tak wajar. Sekujur tubuh mungilnya ditemukan luka lebam, luka diduga sundutan rokok, dan bekas gigitan. Daging lengan kanan bayi itu terkoyak, ditengarai bekas gigitan. Gayatri (25) adalah ibu bayi itu, yang bersama-sama suami sirinya bernama Doni (23), ditetapkan sebagai tersangka. Sang ibu, yang tercatat pernah tinggal di Kecamatan Sambutan, Samarinda, adalah istri resmi Hasmianur. Lelaki itu tengah ditahan dalam kasus peredaran obat terlarang. Di muka petugas, Gayatri menolak semua tuduhan. Dia berdalih bahwa bayinya alergi susu dan sabun sehingga muncul bekas luka. Nasib perempuan yang diduga menderita gangguan kejiwaan itu makin memilukan. Gayatri tengah mengandung dengan usia kehamilan tiga bulan. Hampir dapat dipastikan, dia akan melewati garis kehidupan seperti Rini dan Nana. Gayatri bakal melahirkan di tahanan dengan status terdakwa atau terpidana. Bedanya, dia melahirkan di tahanan karena kasus membunuh anak sendiri.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan