Kasus Keracunan Massal di SMA 17 Makassar, Pemilik Katering Duga Ada Settingan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Kasus keracunan massal terjadi pada siswa boarding di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 17) Makassar, pada Jumat 16 November 2018 lalu. Akibatnya, sebanyak 18 siswa mengalami muntah-muntah, dan dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian berawal saat para siswa boarding tersebut diberikan makanan pada pukul 07.00 pagi. Namun, saat menjelang sekira pukul 11.00 para siswa tersebut mengalami sakit perut dan muntah.
Atas kasus ini, Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel menurunkan tim untuk melakukan penelusuran. Dari hasil penyelidikan sementara, Kadisdik Sulsel, Irman Yasin Limpo mendapatkan informasi bahwa penyebab keracunan tersebut diduga berasal dari makanan katering.
Dimana diketahui pemilik katering yang biasa menyuplai makanan untuk siswa boarding tersebut adalah Herman Hafid Nassa.
Menanggapi kasus yang diduga dirinya dalang dari keracunan tersebut, Herman Hafid Nassa mengatakan bahwa terjadi persaingan dalam penyediaan makanan bagi siswa boarding ini. Herman menegaskan, jika keracunan tersebut tidak disebabkan oleh katering miliknya.
"Jadi kuat dugaan bukan hasil dari saya yang nasi goreng itu yang membuat anak-anak itu sakit perut. Tapi ada juga masakan yang dibuat oleh ibu Faridah ini untuk dimakan sama anak-anak ini,"terangnya saat konferensi pers di salah satu warkop di Makassar, Sabtu (24/11/18)
Dikatakan Herman, Faridah merupakan pembina siswi boarding di SMA 17 Makassar. Sebelumnya, pada Rabu 14 November 2018 lalu, lanjut Herman, Faridah menolak katering miliknya ini dengan alasan sudah ada makanan yang telah disiapkan.
"Jadi kuat dugaan juga, anak-anak ini kenyang karena makan katering yang disediakan ibu Faridah dan juga dimakan makanan dari katering saya,"tambah Ketua Forum Orang Tua Murid Makassar ini.
Selain itu, kecurigaan Herman tidak seperti biasanya menyediakan katering di SMA 17 Makassar ini. Dari 147 siswa yang diberi makan, kali ini hanya 110 saja yang diberikan makanan.
"Kalau nasi saya yang mengandung bakteri tentu 110 yang sakit perut, minimal setengahnya lah. Yang lucunya itu serentak sakit perut. Jadi saya rasa ini ada masakan tandingan,"jelasnya.
Pemilikkatering CV Imelda ini menyayangkan pihak sekolah yang tidak melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwajib. Pada hari kejadian, malah yang datang Dinas Kesehatan kota Makassar mengambil sampel, lalu melakukan pemerikasaan di laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Makassar.
"Jadi yakin dan percaya saja tidak akan keluar hasil laboratorium kalau tidak ada laporan polisi. Justru setelah kejadian saya yang laporkan ke Polrestabes Makassar bahwa dugaan rekayasa,"pungkasnya.
Herman pun merasa sangat dirugikan atas kasus keracunan ini yang menjadi viral. Menurutnya, hal ini akan berdampak pada dua instansi yang sering diberikan makanan katering.
Dalam pemberitaan yang beredar, kasus tersebut belum murni akibat keracunan lantaran belum ada keluar hasil penyelidikan dari laboratorium BPOM. (sul/fajar)