Mendengar Menjawab

Mereka itulah yang akan direkrut menjadi petugas keamanan MTR.
Menghadapi demo yang tidak kunjung berakhir itu CEO MTR nekad. "Kami akan merekrut sekitar 200 Gurkha," kata Jacob Jam, sang CEO.
Mengapa?
"Mereka kan tidak mengerti bahasa Kanton. Tidak mudah terpancing," ujar Jacob.
Makian para demonstran itu umumnya memang dalam bahasa Kanton. Kata 'anjing', 'babi', 'preman' sering ditujukan pada mereka. Petugas keamanan MTR sering terpancing. Lalu melawan. Akibatnya kian rusuh.
Orang Gurkha tidak akan tersinggung dimaki-maki sebagai anjing --kan tidak mengerti kata anjing dalam bahasa Kanton.
Tentara Gurkha juga dianggap lebih tegas. Mereka tidak punya banyak teman atau kenalan. Siapa pun yang melanggar bisa ditindak.
Orang Hongkong juga bisa lebih segan. Terbukti dulu, penjajah Inggris sukses menjaga keamanan Hongkong dengan menggunakan Gurkha.
Namun Gurkha Hongkong umumnya sudah pensiun. Yang masih muda di tahun 1997 pun kini sudah dalam usia pensiun.
Tapi Jacob akan tetap mempekerjakan mereka. "Demonstran itu tidak hanya merusak. Mereka juga banyak yang loncat portal. Menghindari pembayaran," ujar Jacob.
Tanggal 17 September ini demo di Hongkong genap 100 hari. Kian brutal pula.
Sampai pekan lalu sudah 1.453 yang ditahan. Termasuk 280 wanita.
Polisi sudah menggunakan 2.414 tabung gas airmata. Tapi demo belum surut.
Memasuki hari ke 100 ini memang ada tren baru: demo nyanyi. Lagunya Glory of Hongkong --lagu perjuangan para demonstran. Tempat nyanyinya di mal. Biasanya dilanjutkan dengan lagu-lagu gereja. Inti dari gerakan ini memang para aktivis gereja juga.