Sedangkan Muhammad Sulaiman Al Asyqar, dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir mengartikan: “Menetaplah di dalam rumah, jangan terlalu banyak keluar tanpa keperluan yang disyariatkan. Jangan kalian tampakkan perhiasan (bersolek/menampakkan kecantikan) yang wajib kalian tutupi sehingga tidak mengundang syahwat para laki-laki. Dirikanlah salat pada awal waktu, tunaikanlah zakat fitrah, dan taatilah perintah syariat Allah dan rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hanya ingin membersihkan kalian dari dosa-dosa dan mensucikan kalian dari segala yang kotor wahai ahlu bait (keluarga nabi).” Maksud ahlul bait dalam ayat ini adalah para istri Nabi. Asy-Syaukani mengatakan: Ini adalah kebenaran, ayat ini turun kepada/untuk para istri Nabi. Sebelum ayat ini maupun sesudah ayat ini. Ayat ini bukan untuk keluarga Ali dan istrinya Fatimah atau putera-puteranya radliyallahu ‘anhum. Seperti maksud kata ahlul bait pada surat Hud adalah istri Nabi Ibrahim."
Dua penjelasan tersebut saya kutip seutuhnya dari laman tafsirweb.com yang tentu saja dapat ditelusuri lebih jauh bagi mereka yang memiliki kitab tersebut. Namun, secara umum, ayat ini tidak ada relevansinya dengan covid-19 yang beredar di broadcast di media sosial. Artinya, tindakan isolasi diri di rumah itu tidak harus dikaitkan dengan ayat dalam Al-Qur'an. Apalagi tafsir terhadap ayat tidak bisa semau kita.
Kenapa Cocokologi Diminati?
Sejauh ini belum ada ilmu bernama cocokologi, akan tetapi dalam diskusi kontemporer sebuah tindakan yang cenderung mencocok-cocokkan sesuatu dengan yang sesuatu lainnya biasa disebut sebagai "cocokologi."