Pada 1920, tatkala musik jaz berkembang pesat di kawasan Hindia Belanda sehingga menjadi "musik pop", van Eldik mendirikan sebuah kelompok jaz yang dinamai Black White Jazz Band.
"Pemberian nama Black White yang bermakna hitam putih itu melambangkan kerja sama atau hubungan akrab antara yang bule dan yang sawo matang," tulis Bambang Sularto dalam bukunya, Wage Rudolf Suprtaman.
Dalam Black White Jazz Band yang terdiri dari enam pemusik itu, Supratman memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan kemampuannya sebagai violis.
Sebelum tampil di hadapan umum, van Eldik yang bertindak sebagai pimpinan orkes, terlebih dahulu memberikan pendidikan praktis dengan disertai latihan intensif selama beberapa bulan. Khusus dalam acara penyajian irama jaz yang berbobot.
Sesudah itu barulah Black White Jazz Band berani memperkenalkan diri di hadapan publik, dengan menyelenggarakan pergelaran malam musik jaz dalam kompleks Kees. Ternyata penampilan mereka memperoleh sambutan yang luar biasa. Sehingga segenap penonton meminta agar mereka memperpanjang waktu pertunjukannya.
Saat itulah merupakan penampilan Supratman yang pertama di muka umum sebagai seorang violis. Dalam waktu yang singkat, Black White Jazz Band menjadi sangat populer. Setiap malam panjang van Eldik selalu mengadakan pergelaran musik jaz untuk memenuhi permintaan para perwira tinggi komandan batalion.
Permintaan dari berbagai kalangan selalu dipenuhi oleh van Eldik. Di gedung Balai Kota, di rumah-rumah para pejabat tinggi dan di Societeit de Harmonie alias Gedung Kesenian Sulsel saat ini.