PBB Desak Pemakaian Pendingin Udara Ramah Lingkungan

  • Bagikan

Tahun lalu adalah rekor terpanas kedua dan 2020 diperkirakan suhu rata-rata di banyak negara juga akan sangat tinggi. Ini menyebabkan cadangan es dunia di laut Arktik mengalami suhu terpanas setidaknya dalam 12.000 tahun dan mencairnya es yang akan membawa dampak lanjutan berupa naiknya permukaan air laut.

Dengan meningkatnya panas dibutuhkan sistem pendingin yang lebih banyak juga. Namun, karena teknologi ini melepaskan karbon dioksida ke atmosfer, pada gilirannya semakin membuat dunia semakin panas.

Fatih Birol, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional mengatakan kepada CNBC bahwa standar efisiensi yang lebih tinggi adalah salah satu alat paling efektif yang harus dimiliki pemerintah untuk memenuhi tujuan energi dan lingkungan.

“Dengan meningkatkan efisiensi pendinginan, mereka dapat mengurangi kebutuhan pembangkit listrik baru, mengurangi emisi, dan menghemat uang konsumen,” ungkapnya.

Laporan itu mencatat bahwa jumlah AC di seluruh dunia akan meningkat dari 3,6 miliar menjadi 14 miliar dan akan mencapai 80 persen dari energi terbarukan pada 2050. Dan ini bukan pertama kalinya para ahli menyerukan desain ulang sistem pendingin.

Pada 1980-an, para ilmuwan menemukan klorofluorokarbon (CFC) bahan kimia yang juga digunakan dalam lemari es dan pendingin ruangan serta semprotan aerosol. Bahan kimia tersebut berpotensi menipiskan lapisan ozon. Dunia internasional dipaksa bersatu untuk mengeluarkan perjanjian yang disebut Protokol Montreal yang melarang penggunaan bahan kimia beracun.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan