Demi Kuliah Online, Mahasiswi Lewati Jurang dan Jalan Rusak Sejauh 2 Kilometer

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, GOWA -- Napas Andi Putri (18) ngos-ngosan. Dia bersama tiga rekannya rela menempuh jarak sejauh dua kilometer, demi mengikuti kuliah online.

Minimnya akses internet di kampungnya membuatnya harus melewati hutan belantara dan jalanan berlumpur agar bisa mendapat sinyal di sebuah tempat yang dijangkau jaringan.

Maklum, mahasiswi ini tinggal di Dusun Malenteng, Desa Erelembang, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa. Tempat tinggalnya itu sangat terpencil.

Jarak tempuh untuk sampai ke sana sejauh 93 kilometer dari Kota Makassar. Jalanan menurun, menanjak, dan hutan mesti menjadi medan selama di perjalanan.

Andi Putri hanya bisa pasrah dengan kondisi seperti ini. Ilmu yang diajarkan oleh gurunya melalui aplikasi, terkadang tidak dipahami. Bahkan agenda kuliah onlinenya sia-sia.

"Kami jalan dua kilometer untuk sampai ke sini. Itu kami lakukan setiap hari. Kami lewat hutan juga. Ini kami lakukan sejak masa pandemi ini," kata Putri kepada fajar.co.id, Kamis (23/7/2020).

Saat mendapat jaringan, mereka pun duduk bercengkrama di atas rumput. Namun, jika cuaca sedang tak mendukung, jadwal kuliah online-nya harus ditinggalkan sampai cuaca kembali membaik.

Mereka juga tak bisa banyak bergerak saat kuliah online-nya tengah berlangsung. Apalagi jika hendak berpindah tempat.

Dia takut jaringannya justru putus dan menghilang. Tak jarang pula Putri pulang dengan ilmu yang tidak membekas di kepalanya. Menurutnya, penjelasan materi dalam kuliah online, sulit dipahami.

"Kami kuliah online susah dan tidak bisa diskusi dengan dosen secara langsung. Jadi ilmunya kurang diserap," tambahnya.

Tak hanya itu saja penderitaan Putri. Infrastruktur di dusunnya itu sangatlah buruk. Lumpur di mana-mana. Tak diperhatikan pemerintah jauh hari sebelum Indonesia merdeka.

Tak hanya anak-anak dan mahasiswa. Warga yang sakit terpaksa harus ditandu menggunakan alat seadanya untuk sampai ke puskemas.

Hal itu lantaran mobil ambulans tak sanggup masuk ke dusun itu karena jalanan yang berlumpur, berlubang, bahkan banyak batu yang tajam.

"Adik-adik ketika hendak bersekolah itu biasa tergelincir, terjatuh dan kotor. Ini yang sebabkan mereka malas ke sekolah," jelas Kepala Dusun Malenteng, Andi Anjas Tamara

"Jalanan yang butuh diperhatikan di dusun kami sejauh dua kilometer. Terdiri dari sekitar 1500 meter jalanan berlumpur, dan 500 meter dalam pengerasan. Semunya butuh bantuan aspal," sambung alumni kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) ini. (ishak/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan