FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Belajar bukan hanya tentang menghafal, juga bukan tentang mengingat bagaimana cara melakukan sesuatu.
Belajar adalah proses mental dalam skala tinggi dimana subproses lain akan memberi makna pada sebuah konten informasi.
Oleh karena itu belajar sebenarnya adalah tentang menciptakan makna untuk dijadikan memori. Jika seseorang tidak dapat memahaminya, maka proses ini tidak akan menjadi sebuah memori.
Faktanya, kemampuan untuk belajar adalah lebih tentang kebiasaan pengalaman belajar ketimbang hasil akhirnya. Dan memang, kita semua terlahir dengan kapasitas belajar yang sangat besar. Ini artinya, terlepas dari dasar genetik, manusia memiliki tahapan kemampuan belajar yang sangat sensitif.
Oleh karena itu, mengetahui faktor-faktor yang dapat mendukung kapasitas belajar anak akan sangat penting untuk meningkatkan kapasitas belajar mereka.
Stimulasi
Aktivitas ini menitikberatkan pada proses merangsang pengalaman belajar dan dengan demikian meningkatkan hubungan antar neuron. Simulasi adalah semacam pelatihan untuk membentuk neuron si kecil dan dengan demikian mempersiapkan mereka untuk menangkap informasi selama proses belajar.
Ritme Belajar
Stimulasi memang diperlukan, tetapi para orang tua juga harus sangat berhati-hati dengan overstimulasi. Stimulasi yang efektif harus tetap berjalan seiring dengan ritme perkembangan biologis setiap anak. Artinya, AyBun tidak bisa meminta si kecil untuk belajar hal yang belum bisa ditangkap oleh anak. Cara terbaiknya adalah dengan merangsang area pengembangan setiap tahap.