FAJAR.CO.ID, ACEH -- Dikaruniai kopi Gayo yang menggugah selera, masyarakat Aceh doyan ngopi sambil ngobrol. Kopi solong menjadi salah satu yang favorit. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai tiga kali memesannya.
FOLLY AKBAR, Banda Aceh
”Belum datang ke Aceh kalau belum mencicipi kopi solong.” Ungkapan itu membuat animo pelancong terhadap kopi racikan Haji Nawawi tersebut selalu tinggi. Mereka ingin membuktikan kenikmatan kopi solong yang termasyhur.
Kepopuleran kopi solong juga membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) penasaran. Dalam tiga kali kunjungan kerja ke Banda Aceh, Jokowi memesan kopi solong. Memang, orang nomor satu Republik Indonesia (RI) itu belum sempat singgah ke kedai Nawawi untuk menikmati langsung kopi solong di sana. Namun, pesanan berulang dari sang presiden membuat Nawawi bangga.
”Ada pesan acara tol tiga kali,” kata Nawawi saat menerima Jawa Pos di kedainya pada awal Februari. Warung kopi dengan nama lengkap Kedai Kopi Solong Nawawi itu terletak di Jalan T. Iskandar No 13–14, Ulee Kareng, Banda Aceh. Itulah kedai pusat. Ada total enam cabang Kopi Solong di Banda Aceh.
Jokowi tiga kali memesan dapur portabel Kopi Solong. Nawawi memang menyediakan paket dapur portabel untuk mengakomodasi pesanan pelanggan di luar kedai. ”Satu paket 600 gelas,” terangnya.
Sebetulnya, lanjut Nawawi, beberapa tahun lalu Jokowi sempat mengagendakan kunjungan ke kedainya. Bahkan, Nawawi sudah dikontak staf istana. Namun, karena ada perubahan jadwal saat lawatan ke Banda Aceh, kunjungan ke Kopi Solong urung. Jokowi lantas hanya memesan kopi solong untuk dinikmati di luar kedai. Ya, dengan layanan dapur portabel itu.
Sebenarnya kopi solong itu apa? Bagaimana ceritanya bisa menjadi tenar dan legendaris? Menurut Nawawi, kopi solong kali pertama dikreasikan sang ayah yang bernama Muhammad Saman. Bisnis Kopi Solong berawal pada 1974. ”Saya generasi kedua. Hingga sekarang, masih saya kelola,” jelasnya.
Kopi solong lahir di kedai sederhana berupa bangunan semipermanen di emperan jalan. Jauh berbeda dengan keadaan kedai pusat yang sekarang. Ukuran ruang utamanya saja sekitar 8 x 15 meter. Belum lagi, jika ditambah area outdoor yang membentang hingga ke Jalan Kebun Raja, Banda Aceh.
Dari cerita Nawawi, Jawa Pos mengetahui bahwa Solong adalah nama panggilan Saman. Gara-garanya, ayah Nawawi itu berteman karib dengan seorang Tionghoa yang dipanggil Solong. Imbasnya, nama Solong malah kemudian identik dengan Saman. Sejak masih muda hingga sekarang. Kopi solong berarti kopi yang dijual Solong.
Nawawi mulai mengambil alih kendali Kopi Solong pada 1982. Dia mendapatkan ilmunya secara langsung dari sang ayah. Bermula dari hanya membantu, Nawawi lantas memberanikan diri untuk mengelola kedai secara penuh. Sejak saat itulah dia memegang komando Kopi Solong.
Langkah pertama yang Nawawi lakukan adalah membuat bangunan permanen. Tujuannya adalah pelanggan yang kian hari kian banyak tetap nyaman menikmati kopi sambil berbincang di warungnya.
Sama seperti saat masih dipegang ayahnya, Nawawi pun hanya menggunakan biji kopi robusta untuk membuat kopi solong. ”Andalan kami tetap robusta,” ujarnya.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan meluasnya pasar penikmat kopi, Nawawi pun menggunakan biji kopi arabika. Ada tiga varian arabika yang dia racik menjadi kopi solong. Yakni, arabica peaberry atau kopi lanang, arabica wine, dan arabica specialty.
Dari semua jenis itu, yang paling disukai pelanggan tetaplah yang jenis robusta. Khususnya yang dipadukan dengan susu kental manis dan gula. Namanya sanger. Sanger adalah minuman kopi khas Aceh. Jika dilihat tampilan fisiknya, sanger tidak berbeda dengan kopi susu. Namun, aroma dan rasa sanger lebih kuat. Sanger lebih pahit ketimbang kopi susu.
Karena ngopi selalu identik dengan ngobrol, Kopi Solong juga menyajikan banyak kudapan. Beberapa di antaranya khas Aceh. Misalnya, kue srikaya, bingkang, kue lapis, timphan, dan pulut.
Ada pula menu makan berat di Kopi Solong. Bukan olahan Nawawi dan timnya, melainkan sajian dari para pedagang makanan di area kedai. Kopi Solong membiarkan para pedagang makanan mangkal di sana. Dengan demikian, para pelanggan warung bisa dengan mudah memesan dagangan mereka jika lapar. Ada nasi goreng, mi Aceh, martabak, sate daging bebek, hingga nasi kambing. Menariknya, semua pembayaran bisa dilakukan kolektif di kasir Kopi Solong.
”Penjualan mulai pesat pascatsunami,” kata Nawawi. Juga, setelah media memviralkan pesanan kopi Jokowi.
Dalam sehari, kedai pusat Kopi Solong bisa menjual sekitar 1.000 cangkir. Per cangkirnya, Nawawi mematok harga Rp 6.000 sampai Rp 20 ribu. Menu minuman dengan harga termurah adalah kopi robusta pancong. Sebaliknya, yang paling mahal adalah arabica peaberry susu dingin.
Nawawi mengungkapkan, sebelum pandemi, kedai pusat bisa menjual lebih dari 1.000 cangkir kopi. ”Kalau nggak Covid, ramai sekali. Sekarang tamu paling berasal dari Sumut. Kalau dari Jakarta, sedikit. Event juga nggak pernah ada lagi di Aceh,” keluhnya.
Apa resep Nawawi mempertahankan bisnisnya? Jawabannya adalah kualitas. Kualitas yang terjaga adalah kunci bisnis yang sukses. Terkait dengan bahan baku, Nawawi tidak mau kompromi. Semuanya dia ambil langsung dari Gayo. Untuk menjamin kualitasnya, Nawawi hanya membeli biji kopi grade 1 atau level yang terbaik.
Setelah itu, Nawawi memperlakukan biji-biji kopi tersebut dengan baik. Mulai proses jemur, sortir, goreng/sangrai dengan bara api kecil, hingga giling.
Untuk meraciknya, Kopi Solong masih menggunakan metode tradisional. Caranya adalah meletakkan bubuk kopi pada saringan kain tipis. Selanjutnya, dengan tambahan air panas, hasil perahan bubuk kopi itu dipindah-pindahkan dari satu wadah ke wadah lain. Dengan begitu, ampas kopi yang tertinggal di dalam gelas sangat sedikit. Namun, kekuatan kopi Gayo tetap tidak hilang.
Kini Kopi Solong memiliki total tujuh kedai. Semuanya laris manis. ”Saya dua (kedai, Red). Adik saya tiga, adik saya lagi dua. Semua di Banda Aceh. Pengin buka di luar kota, tapi saya sudah nggak kuat lagi,” terang Nawawi.
Tahun ini usia Nawawi mencapai 63 tahun. Dia pun sudah memikirkan regenerasi alias penerus bisnis. Rencananya, anak sulung yang meneruskan usaha Kopi Solong. ”Anak saya dua dokter spesialis, yang ketiga dokter umum. Nanti yang paling tua meneruskan,” tandasnya. (jawapos)