FAJAR.CO.ID — Dokter Handri Irawan mengulas seputar konstipasi (sembelit) dalam unggahannya di Twitter.
Dia memaparkan, sembelit adalah gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus. Masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu.
Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu. Meski begitu, frekuensi buang air besar akan berbeda pada setiap orang.
Dijelaskan, beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu.
“Konstipasi termasuk masalah pada sistem pencernaan yang umum. Normal bagi setiap orang untuk merasa sulit BAB sesekali,” ujarnya, Selasa, (29/11/2022).
Seseorang juga cenderung mengalami BAB susah keluar ketika mengganti atau mencoba makanan baru, stres, atau hal lainnya.
Walaupun demikian, kelompok usia yang paling berisiko mengalami sembelit yaitu ibu hamil, orang dengan berat badan berlebih atau kegemukan, lansia, orang yang terlalu sering duduk berlama-lama.
Penyakit konstipasi dapat dicegah sedini mungkin dengan menurunkan faktor risiko.
Namun, orang yang mengalami konstipasi umumnya mengalami gejala seperti susah buang air besar, feses keras atau kering, sakit perut dan terasa mual, BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, perut terasa kencang, keras, penuh, atau padat.
BAB berdarah atau keluar darah setelah buang air besar, serta tidak puas setelah buang air besar atau merasa ada yang tersumbat.
“Bila Anda merasakan satu atau lebih gejala yang disebutkan dan berlangsung selama lebih dari 3 bulan, kondisi ini digolongkan sebagai sembelit kronis. Normalnya, frekuensi buang air besar yang sehat adalah 1-3 kali sehari,” tutur anggota IDI ini.
Bila kurang dari angka ini, berarti yang bersangkutan mengalami kondisi susah Buang Air Besar (BAB) atau sembelit.
Selain frekuensi BAB yang menurun dari normal, kesulitan BAB karena tinja yang keras dan membuat prosesnya tidak nyaman juga bisa disebut sembelit.
Dokter Handri menyampaikan, kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tak disebutkan di atas.
Namun, BAB yang keras hingga mengganggu keseharian disebutnya membutuhkan pengobatan dari dokter.
Selain itu kata dia, jika memiliki riwayat keluarga kanker usus besar atau kanker usus juga diharapkan segera berkonsultasi dengan dokter.
“Waspadalah bila Anda mengalami gejala konstipasi seperti demam, BAB berdarah, mual dan muntah, sakit perut yang terus-menerus, penurunan berat badan tiba-tiba, nyeri punggung bagian bawah, serta perdarahan dari rektum (tempat penyimpanan feses sementara),” ucap alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Konstipasi menandakan kotoran yang melewati usus bergerak lebih lambat dari biasanya. Hal ini menyebabkan feses menjadi keras. (selfi/fajar)