Cerita Elton, Tuna Rungu yang 30 Kali Ditolak Kerja hingga Sukses Jadi Barista

  • Bagikan
Elton anggota komunitas Kelab bersama pendiri Kelab, Donna C Renata. (Mirsan/Fajar)
Elton anggota komunitas Kelab bersama pendiri Kelab, Donna C Renata. (Mirsan/Fajar)

FAJAR.CO.ID, BITUNG— Tangan Elton tampak lihai meracik pesanan minuman yang dipesan awak Fajar.co.id di Cue Cafe, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Senin (19/12/2022).

Pemuda 22 tahun itu dengan teliti menakar gula, cream strowberry, susu kental hingga es ke dalam gelas takar sebelum diracik jadi sebuah minuman.

Lewat Founder dan Pendamping Komunitas Peduli Tuli Bitung (Kaleb), Donna Christha Renata, penulis menyempatkan menyapa Elton lewat bahasa isyarat. Elton sendiri merupakan tuna rungu.

Elton mengatakan sudah bergabung Kaleb sejak 4 tahun yang lalu, di komunitas ini dibelajar berbagai hal. Mulai dari bahas isyarat hingga keterampilan barista.

Pemuda lulusan SMA tahun 2020 lalu ini mengatakan berkat keterampilan yang didapatkan di Kaleb, dia kini sudah bekerja di sebuah cafe di Kota Bitung. Namanya Cafe Bengkel.

“Puji Tuhan sudah mulai kerja sejak awal November kemarin. Sebelumnya sempat melamar ke beberapa perusahaan, sampai 30 kali melamar tapi ditolak,” kata Elton yang diterjemahkan Donna Renata.

Elton melanjutkan berkat keterampilannya, ia kini bisa hidup mandiri. Tak lagi menggantungkan hidupnya pada kedua orang tuanya.

Setelah mahir jadi barista, Elton tak lupa tempatnya belajar. Kini ia jadi mentor bagi penyandang disibilitas lainnya yang sementara belajar di Rumah Kelab. Salah satunya Marco, tuna rungu lainnya yang baru beberapa bulan belajar jadi barista.

Donna Christha selaku pendiri Kelab menyebut Elton adalah salah satu anggota komunitas yang kini sudah diterima di dunia kerja.

“Kita beri mereka pendampingan dan pelatihan. Tak hanya bahasa isyarat tapi juga keterampilan agar mereka bisa diterima di dunia kerja atau terjun di UMKM,” sebutnya.

Donna Christha menyebut pihaknya banyak mendapat bantuan dan pendampingan dari Dinas Sosial Kota Bitung dan salah satu perusahaan BUMN.

Donna menuturkan Kelab sudah jadi kitra Pertamina Patra Niaga sejak tahun 2019 lalu. Mereka sudah dapat bantuan mesin jahit, alat bantu hingga mesin sablon baju.

Tak hanya bantuan peralatan, mereka juga mendapatkan suntikan dana untuk pelatihan bagi anggota komunitas.

"Kita bersyukur karena ada Pertamina, anak-anak bisa belajar banyak. Sampai dibukakan lapangan pekerjaan. Tahun depan sudah tahun kelima kami bersama Pertamina sekaligus tahun terakhir, kita berharap sudah bisa jadi komunitas mandiri," ungkap Donna.

Kadis Sosial, Kota Bitung, Leddy Ambat menyebut pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Kelab.

"Kita mendukung penuh, termasuk memberi bantuan sosial kepada teman-teman disabilitas yang ada di Kelab," ungkapnya.

Berkat bantuan lewat program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Region Sulawesi, kini Kelab bisa melakukan berbagai hal.

Terutama meningkatkan keterampilan anggota komunitas. Tak hanya biaya pelatihan, Pertamina juga menyerahkan beberapa peralatan pendukung dan membangun rumah yang juga dijadikan cafe bagi komunitas Kelab.

“Sejak berdiri 2018, syukur di tahun 2019 kita dapat bantuan CSR dari Pertamina. Bantuan ini untuk pelatihan, pengadaan alat seperti mesin jahit, barista, sablon dan lainnya,” jelas Leddy.

Executive General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Erwin Dwiyanto (baju putih) dan Kadis Sosial, Kota Bitung, Leddy Ambat (baju dinas) di Cue Café dan Gallery Kaleb. (Dok Pertamina)

Executive General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Erwin Dwiyanto mengungkapkan dampak dari program jika dipertahankan dan dikembangkan dapat mengurangi dan menghilangkan perspektif negatif atau sikap diskriminasi terhadap teman-teman difabel.

"Mereka tidak butuh dikasihani, dispesialkan namun mereka butuh diberikan kesamaan kesempatan dalam segala aspek penyelenggaraan negara atau dapat kita mulai dalam lingkup terkecil dulu yakni kesempatan dalam hidup mandiri dan sejahtera," ujar dia.

Erwin juga mengajak masyarakat untuk menghargai hasil karya kaum difabel dan membangkitkan semangat mereka melalui cue cafe dan gallery ini.

"Program pembinaan terhadap kelompok rentan kaum difabel ini merupakan bentuk nyata dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; dan Nomor 10: Mengurangi Ketimpangan," jelas dia.

Erwin menjelaskan, Pertamina Integrated Terminal Bitung yang berlokasi tidak jauh dari tempat berkumpul komunitas Kaleb melihat peluang dalam pemberdayaan kelompok rentan. Sehingga pada 2019 Pertamina IT Bitung melakukan pendekatan dan melakukan pendampingan.

Adapun bentuk pendampingan yang dilakukan adalah pelatihan dan edukasi bahasa isyarat, pengadaan alat bantu dengar, pengadaan mesin jahit dan print, serta pengadaan alat/bahan untuk kegiatan pengelolaan sampah organik dan anorganik.

"Seiring berjalannya waktu dan melihat kegiatan-kegiatan positif yang ada di Kaleb membuat anggotanya semakin bertambah," ujar dia.

Kemudian pada 2020 Pertamina IT Bitung memberikan pelatihan dan alat sablon serta membuatkan kafe literasi untuk Komunitas Kaleb. Selain itu, ketika masa pandemi Covid-19, Pertamina IT Bitung juga memberi pelatihan keterampilan menjahit kepada Komunitas Kaleb sehingga komunitas ini bisa memproduksi masker kain dan hand sanitizer.

"Selanjutnya pada 2021 bentuk pendampingan yang dilakukan mulai merambah ke pendampingan usaha kuliner, pelatihan membuat kerajinan kriya dari batok kelapa, hingga ke pelatihan menjadi seorang barista. Setelah mulai terlihat produk-produk hasil produksi teman-teman Kaleb seperti kaos sablon, kerajinan kriya, meracik kopi dan membuat makanan, akhirnya dibuatkanlah Cafe Cue dan Gallery Kaleb yang diresmikan 19 Desember lalu," pungkas Erwin.(msn/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan