Misalnya pertimbangan memilih karena kesamaan iman hingga level yang jahat ‘diskriminasi dengan isu identitas.
"Misalnya: Si A tidak boleh mencalonkan diri karena dia beda agama, atau beda suku."
Guntur Romli menyebut, kedunguan kader-kader Partai Ummat juga tidak bisa membedakan antara agama sebagai sumber dan inspirasi perjuangan politik dengan politisasi agama atau agama sebagai senjata politik.
“Akhirnya saking dungunya mereka menuduh yang menolak ‘politisasi agama’ sebagai kelompok sekuler,” tambahnya.
Dia mencontohkan agama sebagai inspirasi, misalnya ketika perjuangan partai adalah menegakkan keadilan, menjamin kesejahteraan karena itu spirit dari perjuangan keimanan.
Kemudian, contoh agama sebagi senjata ketika hanya partai si A sesuai dengan agama, yang lain kafir, sehingga mengkampanyekan tagline “coblos partai kami selamat dunia-akhirat”
“Jangan pernah tertipu orang yang teriak agama dalam politik benar-benar memperjuangkan agama dan umat agama, itu hanya klaim, kalau cuma klaim para teroris yang juga mengklaim aksi-aksi mereka berdasarkan doktrin-doktrin agama dan demi kepentingan agama,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Ummat, Ridho Rahmadi menyampaikan, Partai Ummat secara khusus akan melawan dengan cara yang berada dan elegan terhadap narasi latah yang kosong dan menyesatkan yaitu politik identitas.
“Kita akan secara lantang mengatakan, ya kami partai Ummat, ya kami adalah politik identitas. Kita akan jelaskan, tanpa moralitas agama, politik akan kehilangan arah dan terjebak dalam moralitas yang relatif dalam etika situasional. Ini adalah proyek besar sekularisme yang menghendaki tercerabut, dipisah oleh semua sendi kegiatan termasuk politik. Dengan demikian perlu dipahami bahwa sesungguhnya justru politik identitas adalah politik yang pancasilais,” ungkap Ridho dalam sambutannya saat rapat kerja nasional perdana Partai Ummat di Asrama Haji, Jakarta Timur, Senin (13/2/2023).