Hingga kemarin, sudah delapan saksi yang diperiksa. Terdiri atas tujuh masyarakat sipil dan seorang personel TNI-AU yang kali pertama mendapati CHR sudah meninggal.
Perwira menengah Polri dengan tiga kembang di pundak itu menyebutkan, pihaknya juga perlu berkoordinasi dengan beberapa instansi untuk menuntaskan penanganan kasus tersebut. Selain dengan TNI-AU, koordinasi dilakukan dengan Polda Metro Jaya dan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor). ”Untuk mengetahui motif kejadian,” kata Leonardus.
Polres Metro Jakarta Timur menggunakan pendekatan scientific crime investigation. Seluruh keterangan saksi, barang bukti, dan temuan di TKP bakal didalami, kemudian disandingkan satu sama lain.
Leonardus menyatakan, sampai kemarin petugas kepolisian memang belum bisa meminta keterangan dari orang tua korban yang merupakan seorang perwira menengah TNI-AU. Pihak keluarga masih berduka.
Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Polri Brigjen Pol Hariyanto menuturkan, setelah dilakukan otopsi, diketahui luka bakar pada jenazah mencapai 91 persen. Kondisi itu telah dihitung dokter forensik. ”Lalu, terdapat luka senjata tajam sebanyak enam luka,” paparnya.
Luka tersebut berada di sekitar dada. Tiga luka di dada kanan dan tiga luka di dada kiri. ”Salah satu luka mengenai hati,” jelasnya kemarin.
Dia mengatakan, penyebab kematian bukan hanya karena luka bakar. Luka akibat senjata tajam di dada itu juga membuat korban kehabisan darah. ”Dalam otopsi juga diketahui ada jelaga di bagian pernapasan,” ujarnya.