Bambang Sugiharto: Anak Muda Indonesia Buta Huruf, Bisa Baca Tapi Tak Mampu Tangkap Isi Bacaan

  • Bagikan
Dosen Filsafat, Bambang Sugiharto (Foto: Istimewa)

“Masalahnya itu, apalagi sekarang di Sosmed kita bereaksi secara implusif. Emosional. Tidak mikir, tidak ada refleksikitas. Semakin ketahuan betapa picknya kita, dan betapa dangkalnya umumnya masyarakat kita. Latah dala berpikir. Maka mudah terhadut, over sensitif, dan tidak punya pendapat pribadi,” tambahnya.

Menurutnya, yang menjadi salah satu alasan sebuah negara mahu karena minat membacanya. Sementara itu tak terjadi di Indonesia.

“Yang membuat sebuah negara maju itu, itu. Yang menjadikan sebuah individu berdaya itu, culture membaca itu. Gituloh. Jadi ini soal pemberdayaan individu sebenarnya,” ucapnya.

Hal yang banyak diketahui orang dengan membaca, kata dia, seseorang bisa mendapat informasi. Namun itu hanya salah satu manfaat.

“Faktor yang lebih penting dari membaca bukan informatifnya, melainkan aspek formatifnya. Itu. Membaca itu membentuk nalar kita,” terangnya.

Ia mengibaratkan buku seperti gudang ide. Gudang yang tidak ada habisnya.

“Membaca buku menjadi penting karena dia adalah gudang ide. Berkembang terus tanpa batas. Gudang ide. Apapun terutama buku pengetahuan. Itu gudang ide,” pungkasnya.

“Sumber pengetahuan yang tidak pernah habis,” tandasnya.

(Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan