FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kapolda Sulsel, Irjen Pol Rusdi Hartono, blak-blakan mengakui kekurangan Polri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini diungkapkan Rusdi saat hadir dalam acara peresmian bedah rumah warga di Jalan Tinumbu, Kecamatan Bontoala, kota Makassar, bernama Sarianah (52), kemarin.
Untuk diketahui, sedikitnya 14 rumah warga kurang mampu di Sulsel mendapatkan bantuan bedah rumah menjelang peringatan HUT Bhayangkara ke-79.
"Tentunya ketika Polri dengan tema pada HUT ke-79, Polri untuk masyarakat, inilah wujud kehadiran Polri," ujar Rusdi.
"Dengan segala kekurangannya, harus jujur kami akui, pada sisi lain kami masih peduli dengan masyarakat," tambahnya.
Kendati demikian, kata Jenderal bintang dua ini, Polri tetap berupaya memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
"Saya mengingatkan kepada rekan-rekan saya, seluruh anggota di Polrestabes Makassar, di mana Polri telah memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Kita selalu bisa berbuat yang terbaik untuk masyarakat," imbuhnya.
Mengingat belum lama ini enam oknum anggota Sabhara Polrestabes Makassar yang diduga melakukan penyekapan, pemerasan, hingga penganiayaan terhadap warga Kabupaten Takalar, Rusdi memberikan penegasan.
Warga Takalar tersebut bernama Yusuf Saputra (20). Ia dipaksa oleh keenam oknum untuk mengaku bahwa barang haram yang dikantongi mereka merupakan milik Yusuf.
"Jangan masyarakat disakiti, jangan masyarakat dikecewakan dengan perilaku yang tidak bertanggungjawab," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, Yusuf mengaku mengalami tekanan psikis dari pihak yang mengaku sebagai perwakilan keluarga terlapor.
Menurut pengakuan Yusuf, tekanan itu datang dalam bentuk kunjungan langsung ke rumah nenek dan mertuanya, yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya sendiri.
Mereka disebut-sebut mewakili keluarga para terduga pelaku dan ingin agar permasalahan diselesaikan secara kekeluargaan.
"Setiap saat ada orang yang datang ke rumah mertua dan nenek saya mau ketemu saya. Mereka termasuk keluarga juga namun mewakili utusan keluarga para pelaku. Tertekanka ini saya rasa, makanya saya tidak pernah mau temui mereka," ujar Yusuf, Sabtu (21/6/2025).
Yusuf menambahkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, dua individu yang menyebut namanya sebagai H. Mangung serta seorang oknum anggota kepolisian bernama Ali datang mencari keberadaannya.
Meski tidak berhasil bertemu langsung, mereka sempat meninggalkan pesan lewat anggota keluarga Yusuf.
"Bilangnya, pesan keluarga pelaku, kalau saya tidak mau damai, tidak apa-apa, tapi pesan mereka saya disuruh hati-hati dan jaga diri saja. Itu jelas-jelas bentuk ancaman," tandasnya.
Situasi tersebut membuat Yusuf semakin merasa tertekan dan tidak aman.
Ia pun memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan hukum kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar yang kini bertindak sebagai kuasa hukumnya.
"Saya serahkan semuanya ke LBH Makassar. Saya hanya ingin keadilan, dan tidak ingin lagi ada tekanan-tekanan seperti ini," tandasnya. (Muhsin/Fajar)