"Kami tidak bisa jawab kalau ini penganiayaan atau tidak, karena semua bisa terjadi, bisa karena penganiayaan, bisa saja karena dia cedera lain, apalagi kan situasinya kisruh begini, orang kan mengaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang seharusnya tidak terjadi, tapi dikait-kaitkan, situasi begini memang paling enak digoreng," tukasnya.
Pihaknya menuturkan bahwa hasil penyelidikan akan didukung dengan pemeriksaan kesehatan dari pihak yang berwenang.
Pihak Kodam memahami kemarahan yang dirasakan oleh ayah korban, Serma Christian Namo.
Sebagai sesama anggota militer, Serma Christian dianggap memahami prosedur yang berlaku.
Maka dari itu, Letkol Amir menegaskan komitmen Kodam untuk melakukan penyelidikan secara transparan dan terbuka.
"Pangdam IX/Udayana merasa sangat kecewa dan marah atas kejadian ini, sehingga memerintahkan untuk segera dilakukan investigasi agar kasus ini dapat segera terungkap," tandasnya.
Proses hukum akan diserahkan ke pengadilan untuk menentukan siapa yang bersalah dan apa sanksi yang akan diberikan.
Sebagai antisipasi kedepannya, Letkol Amir menyampaikan pesan agar TNI terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengurangi kontak fisik, dengan mengedepankan nilai-nilai humanisme.
Duka mendalam dirasakan keluarga besar Prada Lucky Namo setelah dinyatakan meninggal dan diduga tewas akibat menjadi korban penganiayaan senior sendiri.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan soal budaya senioritas dan kekerasan di lingkungan militer yang seharusnya menjadi tempat pembinaan prajurit profesional dan beretika. (*)