FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) resmi membuka Inovasi Pemasyarakatan Produktif dan Aktif (IPPA Fest) 2025 di Aloha PIK 2, Tangerang, Jumat (8/8/2025).
Festival yang mengusung tema “Merdeka Beraktivitas walau Tempat Terbatas” ini menjadi wadah bagi warga binaan untuk menunjukkan semangat kreativitas dan kewirausahaan, meski berada dalam keterbatasan.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Mashudi menegaskan bahwa IPPA Fest adalah bukti nyata pemberdayaan warga binaan melalui sektor ekonomi kreatif.
Ia menyebut kegiatan ini selaras dengan butir ketiga Astacita Presiden Republik Indonesia serta program akselerasi Kementerian Hukum, khususnya bidang pemasyarakatan dan imigrasi.
“Tema ini mengingatkan kita bahwa semangat dan daya cipta warga binaan tak pernah dibatasi oleh tembok penjara. Mereka mampu berkarya, mencipta, dan membangun nilai,” ujar Mashudi.
Diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian peringatan 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IPPA Fest 2025 diikuti oleh 33 Kantor Wilayah Pemasyarakatan dan 627 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di seluruh Indonesia.
Ribuan karya dipamerkan, mulai dari fashion, kuliner, batik, kriya, hingga lukisan. Total terdapat 7.519 produk UMKM dan 120 karya lukisan yang dihasilkan warga binaan dari berbagai daerah.
Selain pameran, pengunjung juga dapat memanfaatkan beragam fasilitas pendukung, seperti stand informasi, layanan kesehatan, dan peragaan busana batik karya warga binaan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Mashudi memaparkan empat tujuan utama penyelenggaraan IPPA Fest. Pertama, mendorong kewirausahaan dan industri kreatif melalui pemberdayaan warga binaan.
Kedua, memperkenalkan hasil karya mereka kepada masyarakat luas. Ketiga, menghadirkan pembinaan yang lebih terbuka dan partisipatif di tengah masyarakat. Keempat, menyemarakkan semangat kemerdekaan melalui pembaruan dalam sistem pemasyarakatan.
Menurutnya, festival ini adalah bukti bahwa sistem pemasyarakatan Indonesia terus berkembang ke arah yang lebih produktif, inklusif, dan manusiawi.
Pembinaan, kata Mashudi, kini tak hanya soal keamanan, tetapi juga soal bagaimana memberikan kesempatan agar warga binaan dapat mandiri dan berdaya guna ketika kembali ke masyarakat.