Musim Ini, Stok Gandum, Jagung dan Beras Diproyeksikan Mencapai 2.896 MMT

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - USDA pada Oktober tahun ini bakal mulai memperbaharui persediaan produk hasil pertanian global yang menggabungkan stok awal dan produksi berbagai komoditas hasil pertanian. Seperti gandum, jagung, dan beras. Stoknya diproyeksikan mencapai 2.896 miliar matrik ton (mmt) ini musim, setara 8 mmt lebih rendah dari 2016-2017 akibat menurun produksinya.
Sementara keuntungan komoditas kedelai, minyak kedelai, dan inti harga sawit minyak juga diimbangi oleh penurunan produksi kelapa sawit dan minyak kelapa, karena banyaknya stok di negara produsen terbesar di dunia yakni Indonesia dan Malaysia.
Untuk produksi minyak nabati juga memiliki prospek yang cukup bagus. Tetap menguntungkan menyusul penurunan tajam produksi periode 2015-2016 disebabkan El Niño. Konsumsi pasar global untuk minyak nabati paling banyak termasuk kelapa sawit, kedelai, dan minyak lobak.
“Diperkirakan produksinya mencapai 192 mmt lebih besar 5 persen dari musim lalu dan kumulatif 10 persen di atas 2015-16,” papar CEO Bank Dunia.
“Lebih dari separuh Pertumbuhan produksi diperkirakan berasal dari minyak sawit, yang diproduksi Indonesia dan Malaysia. Minyak Kedelai, di mana, Argentina, Brazil, dan Amerika Serikat termasuk di antara produsen utama,” tambahnya.
Meski mengalami pelemahan marjinal di musim ini, stok Gandum tetap mencukupi kebutuhan konsumen meskipun sebagian besar negara sudah mengurangi luas tanam terkait musim kemarau yang ekstrim.
Sementara itu, kasus kekeringan di Afrika Timur adalah yang terburuk dalam kurun waktu 60 tahun terakhir, menyebabkan kegagalan panen para petani di Ethiopia, Kenya dan Somalia, bahkan mengakibatkan ancaman kelaparan yang sangat parah.
Kondisi itu diperparah lagi oleh konflik perang saudara super brutal di Nigeria, Sudan Selatan dan Yaman mendorong jutaan orang pergi mencari makanan secara darurat.
Ketahanan pangan di daerah itu memburuk lebih lanjut, sementara curah hujan menjelang akhir tahun 2017 ini dan selanjutnya tahun 2018 diproyeksikan di bawah rata-rata biasanya.
“Maka itu sangat dibutuhkan jaring sistem peringatan dini. Memperkuat kemungkinan kelangkaan bahan makanan. Ini terkait langsung dengan keamanan negara, cuaca serta tingkat harga komoditas pangan global,” imbuhnya. (Fajar)