Tahun Depan, Gula Impor Masih Jadi Andalan

  • Bagikan
ilustrasi gula (Foto: Dok. JawaPos.com)
"Kebutuhan terus meningkat, tapi produksinya terus menurun. Gap yang semakin melebar itu menjadi alasan mengapa impor raw sugar terus meningkat," jelas Willy. Menurutnya, produksi gula domestik terus menurun dalam lima tahun terakhir. Produksi gula perusahaan BUMN dan swasta sempat mencapai 2,59 juta ton. Angka itu terus menyusut hingga hanya sebesar 2,21 juta ton pada 2016 lalu. "Padahal, terdapat sebanyak 48 pabrik gula milik BUMN dan 17 pabrik gula swasta yang beroperasi di dalam negeri," jelasnya. Willystra menambahkan, kapasitas produsen gula di dalam negeri umumnya berada di bawah skala ekonomis. "Dari 48 pabrik gula BUMN existing, hanya 12 yang berkapasitas di atas 4.000 tones cane per day," ujar Willystra. Selain itu, sebanyak 78 persen pabrikan gula BUMN yang beroperasi di Jawa sudah menginjak usia di atas 100 tahun. Akibatnya, produkstifitas pabrikan terus terkikis karena beroperasi dengan tingkat efisiensi yang relatif rendah. "Paling tidak setiap tahun mesti membangun 4 pabrik gula baru dengan kapasitas di atas 12.000 TCD untuk mencapai swasembada gula,” ujarnya. Sementara itu, Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia Benny Wahyudi menyatakan salah satu kendala dalam penyediaan bahan baku tebu adalah minimnya ketersediaan lahan. Pemerintah mewajibkan pabrikan gula rafinasi yang berinvestasi membuka lahan perkebunan dalam grace period 3 tahun. "Lahan kita ketahui bersama memang bukan urusan mudah, dan resiko investasinya pun bagi kami sangat besar," pungkasnya. (srs/JPC)  
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan