Harusnya Ada Tambahan Guru, Tapi Sayang Dana Cekak

  • Bagikan
Dibangun tahun 2010 sekolah itu hanya memiliki 5 guru non PNS dengan jumlah siswa 20 orang. Di Kelas satu, ada dua pasang siswa kembar yaitu Suharto dan Sukarno (laki-laki) serta Dewi dan Sinta. Dalam satu bangunan jumlah kelas ada 3 dan digabung jadi satu, kelas 1 sampai kelas 3. Sekolah tersebut berada di Desa Pattalikang, Kec Manuju. Sekolah itu bernama Madrasah Ibtidaiyah Al Amin campagayya. Sejak berdiri, sekolah itu baru sekali menamatkan siswanya. Menurut Pak Syahrir salah satu guru sukarela di sekolah itu mereka tidak di gaji mengajar. Banyak orang tua siswa malu menyekolahkan anaknya di sana dengan alasan malu karena bangunannya yang tidak memadai. Pak Syahrir salah satu guru disana sedang mengajar siswanya belajar membaca dan mata pelajaran Agama Islam untuk kelas 2 dan 3, Selasa 11 April. TAWAKKAL/FAJAR/JPG
FAJAR.CO.ID, KUALA PEMBUANG-Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Seruyan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pihak Dinas Pendidikan (Disdik) setempat, Selasa (6/3) kemarin. RDP dipimpin Ketua DPRD, H Ahmad Ruswandi dan dihadiri beberapa orang anggota dewan lainnya. Sementara turut hadir Kepala Disdik, H Masrohim dan Ketua PGRI Kecamatan Seruyan Hilir, Kirsam. RDP  tersebut mengagendakan masalah penempatan dan mutasi guru-guru di lingkungan Pemkab Seruyan yang dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan dan bidang studi ilmunya. Sehingga akhirnya menimbulkan polemik. Namun, para anggota dewan menyayangkan pihak Badan kepegawaian dan Peningkatan Sumberdaya Manusia (BKPSDM) yang tidak hadir. Anggota dewan Atinita dari dapil III menyampaikan, permasalahan permintaan kekurangan guru yang diminta kepala sekolah memang belum terealisasi. Sebab berkas yang disampaikan ternyata tidak disetujui dengan berbagai alasan. Padahal, menurutnya di dapil III itu merupakan daerah yang berada di wilayah hulu dan memang sangat memerlukan tanaga pendidik, khususnya sekolah dasar. Menanggapi hal tersebut, Kepala Disdik Masrohim mengaku jika pihaknya bukan menolak, namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, terutama masalah penganggaran. Sehingga, hanya beberapa persen saja yang dapat diangkat sebagai tenaga guru kontrak atau tenaga guru bantu. Menurut Masrohim, pihaknya sudah mendata masalah kekurangan guru. Diantaranya guru agama dan lainnya, yang memang bersifat sangat dibutuhkan. “Namun karena keterbatasan anggaran, sehingga tidak semuanya dapat dipenuhi,” jelasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan