"Launching ini adalah Gong dari apa yang telah dilakukan saat soft launching di Lapas Maros 16 Oktober lalu" tutur Najwa ketika itu. "Tidak ada salahnya menerapkan seperti di Brazil. Di sana, warga binaan yang membaca satu buku, diberikan pengurangan masa tahanan empat hari," katanya. Inilah yang menyemangati Menkumham Laoly dan menginstruksikan agar setiap Lapas memiliki Pustaka Jeruji.
Sejak launching itu debut Pustaka Jeruji Indonesia senantiasa aktif dan eksis dalam Gerakan Literasi Nasional baik di tingkat komunitas maupun di kalangan instansi Pemasyarakatan. Seperti menyelenggarakan Temu Literasi Se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat pada Pebruari 2018 dengan menghadirkan Direktur Latihan dan Kerja Produktif (Latkepro) Harun Sulianto bersama Arswendo Atmowiloto, Nirwan Ahmad Arsuka, Alwy Rachman, Irmawaty Puan Mawar bahkan nara sumber dari Australian National University.
“Jika tahun lalu kita merampungkan Kumpulan Puisi berjudul Syair dari Balik Jeruji adalah karya WBP Lapas Maros dan tahun ini kita meluncurkan Kumpulan Puisi, Cerpen dan Essai karya WBP se Indonesia dengan judul Biarkan Saja Metronom Itu yang saat Peringatan HUT Pas ke 55 di Cipinang April 2019 lalu,” beber Salahuddin Alam Dettiro selaku inisiator Pustaka Jeruji Indonesia.
Buku tersebut adalah hasil Sayembara antara WBP se-Indonesia berisi 50 karya Puisi, Cerpen dan Essai. “Jika kali ini kita memperoleh penghargaan merupakan kerja keras kita semua termasuk saat Bapak Warsianto menjadi Kalapas di sini,” pungkas Alam, panggilan akrabnya.