“Industri memahami peran luar biasa dari biotek di Tiongkok. Kami memiliki kesempatan untuk menghasilkan obat-obatan baru dan mengeksplorasi bagaimana memberikannya ke Tiongkok dalam kondisi yang tepat di tengah pandemi,” kata Levin.
Menurutnya, Tiongkok dapat menjadi tempat yang sangat baik untuk melakukan uji klinis, karena tingginya jumlah pasien yang belum pernah menggunakan pengobatan dan ketersediaan dokter serta fasilitas medis yang ingin berpartisipasi. Kondisi itu membuat pendaftaran dan penyelesaian uji klinis lebih cepat dibanding negara Barat.
Sementara itu, Presiden Donald Trump pada Agustus menandatangani perintah eksekutif untuk memperbaiki manajemen persediaan medis untuk Amerika. AS ingin memastikan negaranya tidak pernah bergantung pada negara asing untuk persediaan tersebut.
Di sisi lain, Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak senang dengan keputusan itu. Sebuah laporan baru-baru ini di South China Morning Post mengatakan Xi memperingatkan rekan senegaranya untuk bersiap menghadapi tantangan eksternal dalam jangka panjang.
Perusahaan di bidang bioteknologi galau. “Terlepas dari tantangan tersebut, Tiongkok tetap menjadi tempat yang baik bagi perusahaan biofarmasi AS untuk investasi dan bermitra. Tapi, tetap masuklah dengan mata terbuka lebar, dan ikuti aturan,” tandas Levin. (JPC)