“Saya masih tetap dalam prinsip ini: You dont need to explain yourself. Your friends do not need it. Your enemy wouldnot believe it. (Anda tidak perlu menjelaskan diri Anda sendiri. Teman Anda tidak membutuhkannya. Musuh Anda tidak akan mempercayainya)” jelas Alissa.
Sebelumnya, Alissa ikut berikan pendapat terhadap pernyataan Abu Janda alias Permadi Arya soal agama Islam arogan dan dugaan rasis ke Natalius Pigai. Alissa menilai Abu Janda rasis dan berlebihan.
“Itu rasis banget ya. Berlebihan dan nggak tawassuth (moderat) itu. Ketika berkomentar seperti itu, dia sudah menyalahi semua prinsip NU. Tawassuth, tawazun, tasamuh tidak ada, dan i’tidalnya tidak ada. Memang ngaco orang itu,” tegas Alissa, dikutip NU Online, Ahad (31/1).
Menurut Alissa, hal terpenting agar seseorang dapat menjadi Nahdliyin itu dengan menerapkan prinsip Aswaja An-Nahdliyah dalam keseharian. Prinsip tersebut adalah tasamuh, tawazun, tawassuth, i’tidal, dan amar ma’ruf nahi munkar.
“Itulah yang menentukan apakah seseorang bisa disebut sebagai orang NU atau bukan,” ungkap perempuan bernama lengkap Alissa Qotrunnada Munawaroh ini. (dal/fin).