FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Nama Eks Plt Kepala Inspektorat Sulawesi Selatan, Sri Wahyuni Nurdin ikut terseret dalam sidang ketiga Agung Sucipto di Ruang Sidang Utama, Prof Harifin A. Tumpa, Pengadilan Negeri Makassar, Kamis (3/6/2021) lalu. Ia diduga menerima bantuan Covid-19.
Plt Kepala Inspektorat Sulsel, Sulkaf S Latief sendiri telah menerima penjelasan Sri Wahyuni terkait itu.
Dalam penjelasan Sri Wahyuni kata Sulkaf, Sri mengakui tidak pernah menerima sama sekali. Akan tetapi ia mengaku pernah diundang dalam acara pembagian sembako selaku dari pihak Inspektorat.
Sulkaf juga menjelaskan, yang dimaksud ajudan NA, Salman dalam persidangan waktu itu bukan dana bantuan Covid-19, melainkan catatan pribadi terkait penerima bantuan Covid-19.
"Jangan menghukumi orang yang tidak jelas. Salman itu mengatakan bahwa bukan dana, ada catatan tentang Covid-19. Saya sudah konfirmasi ke Sri Wahyuni, ambil uang tidak? Dia (Sri) bilang tidak ada uang pak. Terima bantuan? Dia bilang saya (Sri) pernah diundang waktu acara pembagian sembako, saya (Sri) sebagai Inspektorat datang diundang. Jadi mungkin dia (Sri) pikir, dia tanggung jawab disitu. Orang yang bagi juga bukan dia. Salman bilang ada catatan ku, catatan pribadi, tidak ada uang disitu," kata Sulkaf, Senin, (7/6/2021).
Terkait keterlibatan nama Sri dalam persidangan kata Sulkaf, Sri sendiri mengaku heran. Karena selama ini Sri merasa tidak pernah terlibat dalam penyaluran sembako.
"Saya sebagai atasannya, dia melapor ke saya dan saya suruh klarifkasi. Dia tidak tahu kenapa Salman menulis namanya. Dia juga tidak membantu menyalurkan sembako, dia cuma menyaksikan pembagian itu," jelasnya.
Terpisah, Pengamat Tata Keuangan Negara Universitas Patria Artha (UPA), Bastian Lubis, menyebutkan, pada dasarnya kerja APIP di Pemprov Sulsel seolah hanya formalitas saja.
Menurutnya, jika nama Sri Wahyuni terbukti terlibat, maka itu sudah menjadi cambuk besar bagi Pemprov betapa lemahnya kinerja APIP selama ini
"Kalau mantan Inspektorat yang terima kan nda mungkin dia periksa dirinya sendiri. Dari dulu saya ikutin itu, saya nda yakin keahlian editornya. Saran saya tempatkanlah orang yang berkompetensi. Jangan karena kedekatan, keluarga apa dsb," tuturnya. (selfi/fajar)