Dari semua jenis itu, yang paling disukai pelanggan tetaplah yang jenis robusta. Khususnya yang dipadukan dengan susu kental manis dan gula. Namanya sanger. Sanger adalah minuman kopi khas Aceh. Jika dilihat tampilan fisiknya, sanger tidak berbeda dengan kopi susu. Namun, aroma dan rasa sanger lebih kuat. Sanger lebih pahit ketimbang kopi susu.
Karena ngopi selalu identik dengan ngobrol, Kopi Solong juga menyajikan banyak kudapan. Beberapa di antaranya khas Aceh. Misalnya, kue srikaya, bingkang, kue lapis, timphan, dan pulut.
Ada pula menu makan berat di Kopi Solong. Bukan olahan Nawawi dan timnya, melainkan sajian dari para pedagang makanan di area kedai. Kopi Solong membiarkan para pedagang makanan mangkal di sana. Dengan demikian, para pelanggan warung bisa dengan mudah memesan dagangan mereka jika lapar. Ada nasi goreng, mi Aceh, martabak, sate daging bebek, hingga nasi kambing. Menariknya, semua pembayaran bisa dilakukan kolektif di kasir Kopi Solong.
”Penjualan mulai pesat pascatsunami,” kata Nawawi. Juga, setelah media memviralkan pesanan kopi Jokowi.
Dalam sehari, kedai pusat Kopi Solong bisa menjual sekitar 1.000 cangkir. Per cangkirnya, Nawawi mematok harga Rp 6.000 sampai Rp 20 ribu. Menu minuman dengan harga termurah adalah kopi robusta pancong. Sebaliknya, yang paling mahal adalah arabica peaberry susu dingin.
Nawawi mengungkapkan, sebelum pandemi, kedai pusat bisa menjual lebih dari 1.000 cangkir kopi. ”Kalau nggak Covid, ramai sekali. Sekarang tamu paling berasal dari Sumut. Kalau dari Jakarta, sedikit. Event juga nggak pernah ada lagi di Aceh,” keluhnya.