“Jadi sangat keliru kalau dikatakan Indonesia baru mencapai swasembada di era Mentan SYL dan mengulang 36 tahun lalu”, ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini tidak bisa lagi mengelabui publik karena ada rekam jejak dan data yang mengungkap dan berbicara.
“Bahkan swasembada era Soeharto pun sebenarnya kita masih ada impor sebesar 10 persen, tapi itu sudah memenuhi ketetapan swasembada FAO”, lanjutnya.
Bahkan, katanya, di era Mentan SYL produksi beras terus mengalami penurunan di banding era Andi Andi Amran.
“Bukan membandingkan tapi begitulah realitasnya. Jadi seharusnya kita tidak menafikkan hasil kerja orang lain. Karena setiap tahapan kerja pastilah berkesinambungan”, ujarnya.
Sementara itu, mantan Stafsus Mentan Amran, Sukriansyah S. Latief menandaskan bahwa di zaman Mentan Amran tidak pernah terjadi kericuhan terkait mewabahnya penyakit kuku dan mulut (PMK). “Memang penyakit itu ada tapi segera tertangani dengan cepat”, ujarnya.
Di era Mentan Andi Amran, tambah Uki, panggilan akrab Sukriansyah, tidak pernah terjadi kelangkaan minyak goreng. Setelah Andi Amran tidak menjabat, masalah PMK dan kelangkaan minyak goreng terjadi. “Walau begitu, Pak Amran senantiasa tidak mau berkomentar terkait Kementan. Itu karena loyatitas penuh Pak Amran terhadap Presiden Jokowi”, ujarnya.
Bahkan Andi Amran pernah bercerita bahwa Pak Jokowi luar biasa, beliau sederhana dan tidak pernah menitip apapun untuk kepentingan pribadi beliau. Amran sangat kagum.
Terkait wabah penyakit PMK ini, diketahui, Dalam rapat kerja Komisi IV DPR dan Kementerian Pertanian, pada Kamis (2/6/2022) lalu, para anggota DPR menghujani pihak kementerian dengan kritik atas kunjungan yang mereka lakukan ke Brazil untuk berdiskusi dengan Brazil mengenai penyakit mulut dan kuku (PMK), yang kini menyerang sejumlah besar hewan ternak di Indonesia,