Cerita di Balik Penjurian Babinsa TNI Inspiratif Brawijaya Awards, Malam Menegangkan Berakhir Sunrise Yang Indah

  • Bagikan
KEINDAHAN sunrise di Pantai Bangsring yang langsung menghadap Selat Bali mengobati rasa lelah selama penjurian lapangan.-Taufiqur Rahman-

Saya membuka-buka lagi review tentang penginapan kami. Kok ya bisa terlewati. Ada beberapa review dari turis asing. Kemungkinan mereka adalah pelancong Bali yang ingin mencari ‘suasana’ yang berbeda dan nyasar di pantai timur Banyuwangi.

Dari beberapa review, satu muncul yang paling menarik perhatian saya. “Setelah kerumunan pantai pulang, anda akan tinggal sendiri. Dan anda tengah mendaftar untuk malam yang mencekam,” Kata si Bule.

Hm, mencekam? Mungkin karena mereka punya ‘aura’ berbeda dengan para penghuni halus lokal pantai ini. Ah, sudah terlambat untuk mengubah keputusan sekarang. Kalaupun ada gangguan, nampaknya harus kita hadapi dengan tabah sampai besok pagi.

Sekitar jam 8 malam, suasana sepi sedikit terobati ketika para nelayan Bangsring datang. Sambil bersarung ria, kami bercerita soal Bangsring dulu dan kini. Bagaimana mereka berubah dari sekelompok pengebom, pemotas, dan pencungkil terumbu karang, menjadi pasukan penjaga Bangsring yang loyal dan ber mindset konservasionis.

Forum diakhiri sekitar pukul 10 malam. Para nelayan pamit, Serma Nurhadi dan Serda Kadek juga pamit. Meninggalkan kami di penginapan sendirian. Sampai akhir forum pun, tidak ada satupun yang mau menjelaskan sebenarnya apa pontensi ‘gangguan’ yang bakal kami terima.

“Aman mas, Insyaallah. Saya bantu juga untuk ‘mengamankan’. Ya paling sekedar menyapa,” jelas Serma Nurhadi sebelum pergi.

“Baik ndan, besok jangan lupa jam 7 kita langsung mulai,” kata saya.

Tak lama kemudian, Fiu dan Rozak datang. “Kamar kalian yang sebelah utara. Tidak dikunci. Aku sekamar dengan Pak Yusuf,” kata saya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan