Sementara itu, Nur Syam menjelaskan penarikan dan pembatalan trayek itulah menjadi gambaran bahwa teman bus ini belum bisa bersaing.
"Bukan berarti kita putus harapan daripada ini, karena hampir semua kota di Indonesia itu memiliki permasalahan persoalan yang hampir sama. Hanya saja ciri khas Kota Makassar berbeda,"terangnya.
Namun penarikan armada teman bus dan pengurangan jalur bukan berarti kiamat bagi transportasi umum di Kota Makassar.
Nur Syam menjelaskan ada beberapa cara yang mesti diperhatikan seluruh komponen masyarakat maupun pemerintah agar menghadirkan tranportasi umum yang nyaman di Kota sebesar Makassar.
"Yang pertama perlunya sinergitas dan keterpaduan antara semua unsur yang terlibat di dalamnya misalnya organda, Dishub Makassar dan kabupaten yang ada di sekitarnya," kata Nur Syam.
"Karena sering kali itu mereka mengatakan setiap perencanaan mereka tidak dilibatkan. Begitu.
Jadi tidak rasa memiliki, karena inikan mestinya suatu fasilitas yang luar biasa. Terutama organda masih susah untuk melepaskan dan melihat berkembangnya angkutan umum karena kenapa pete-pete itu mau kemana,"ungkapnya.
Untuk angkutan konvensional seperti Pete-pete (angkot), Nur Syam mengungkapkan perlu dilakukan penyusunan agar tidak serta merta dhilangkan.
Artinya pemerintah dan stakeholder membuat suatu perencanaan kolektif kolegial supaya angkutan ini sifatnya berjenjang.
Jadi pete-pete itu bisa menjadi feeder bagi teman bus. Justru ini terbalik. Teman bus itu jadi feeder bagi pete-pete. Buktinya pete-pete melewati jalan utama jalan perintis, sementara teman bus itu di pinggiran kota.