FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Partai NasDem dan Partai Demokrat telah mengusung pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman - Fatmawati Rusdi pada Pilgub 2024 mendatang.
Rekomendasi Partai Demokrat menjadi sinyal kontestasi Pilgub Sulsel hanya menghadirkan satu pasangan calon saja (ASS-Fatma) untuk melawan kotak kosong. Meskipun itu, tidak mustahil.
Dari sisi kekuatan dan finansial. Tentu saja, "king maker" pasangan Andi Sudirman Sulaiman- Fatmawati Rusdi, sangat sulit tertandingi kubu lawan. Khususnya dalam hal kekuatan fulus atau finansial yang dipakai memuluskan lobi-lobi kendaraan politik.
Hal ini, kaitan perkembangan pilgub Sulsel, hampir dipastikan Sudirman-Fatma lawan kotak kosong. Mengingat Danny Pomanto baru dapat Partai PDIP 6 kursi, PPP 8 kursi dan hanura 1. Baru 15 kursi. Belum cukup 17 syarat usungan.
Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar belum menentukan sikap di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan.
Sejauh ini, Gerindra masih menjagokan Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) namun belum resmi mendeklarasikan.
Sedangkan di Golkar selama ini ada Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang kerap berkampanye. Juga ada Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani.
Figur lainnya yang juga sempat mencuat yakni Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan.
Partai NasDem satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan calon tanpa koalisi.
Sejauh ini, pasangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi disepakati oleh DPW Nasdem Sulsel maju sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Meski rekomen dari DPP NasDem belum keluar.
Partai Demokrat dengan jumlah 7 kursi secara resmi memberikan rekomendasi kepada pasangan ASS-Fatma. Bahkan menguat PAN, Gerindra, Golkar, PKB dan PKS ke ASS-Fatma.
Jika tujuh partai ini berhasil menyatu dalam koalisi ASS-Fatma, maka yang tersisa PDIP, PPP dan Hanura.
Pakar Politik Andi Luhur Prianto menyatakan, fenomena kotak kosong melahirkan peristiwa kontestasi tanpa kompetisi.
Pemimpin dari paslon tunggal berhasil mengeliminasi lawan sebelum hari pemilihan. Situasi yang sebenarnya melemahkan kualitas demokrasi lokal.
“Tetapi fenomena kotak kosong tidak boleh membuat paslon tunggal terlena. Meskipun trend kemenangan paslon tunggal hampir 100 persen, kecuali Pilwali Makassar 2018, tetapi paslon tunggal perlu tetap waspada,” tuturnya.
“Kontestasi berbasis kotak kosong bisa membuat konsolidasi oposisi menjadi efektif dan sangat rawan ditumpangi kepentingan politik eksternal,” lanjutnya.
Pengalaman Pilwali Makassar 2018, kotak kosong akan menang jika mampu menemukan tokoh perlawanan simbolik. Dimana sang tokoh memiliki kekuatan memobilisasi birokrasi dan jejaring perlawanan di basis akar rumput.
Para elit politik penting tentu telah mengkalkulasi peluang-peluang kemenangan dengan sikap yg berbasis pilihan rasional. Prinsipnya pakai logika dagang, kemenangan besar diperoleh dengan modal biaya yang minimal.
Format kontestasi berbasis kotak kosong tentu jauh lebih murah dibanding running dengan beberapa kontestan. Untuk itulah biaya memborong dukungan partai jauh lebih murah daripada membiayai seluruh tahapan Pilkada.
“Dengan formasi kotak kosong, pertarungan Pilgub sudah selesai. Hari pemilihan tinggal seremoni melegitimasi dukungan pada pasangan calon tunggal,” tandas akademisi Unismuh ini. (selfi/fajar)