FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh sekelompok emak-emak di Jalan Pajjaiang, Kecamatan Biringkanaya, terkait relokasi anak-anak mereka dari SD Inpres Pajjaiang mendapatkan tanggapan dari Kadis Pendidikan Kota Makassar, Muhyiddin.
Saat dikonfirmasi, Muhyiddin menjelaskan bahwa pihaknya sudah mengupayakan solusi terkait proses belajar mengajar bagi para murid yang terdampak sengketa lahan sekolah tersebut.
Anak-anak telah direlokasi ke SMP 16 Makassar dan SD Kalang Tubung 1 sejak Agustus lalu, menyusul penutupan sekolah lama.
"Begini, kalau saya sudah ada solusi untuk pendidikan, untuk yang bersengketa, ini belum. Kalau yang mengeksekusi sudah ada putusannya, yang saya pikirkan adalah anak yang direlokasi di tempat yang baru," ujar Muhyiddin, Selasa (15/10/2024) malam.
Ia juga menambahkan bahwa relokasi tersebut melibatkan 11 kelas khusus yang disiapkan di SMP 16, dengan proses belajar yang berlangsung pada sesi sore hari.
"Sudah berproses belajar mengajar itu, sudah lama sejak terjadi penutupan, saya arahkan termasuk pihak Kejari menyarankan itu hari supaya anak anak belajar," ucapnya.
"Dia sarankan untuk mencari alternatif dulu supaya berproses, jadi saya cari sekolah yang terdekat di situ," sambung Muhyiddin.
Merespons aksi unjuk rasa yang dilakukan puluhan emak-emak, Muhyiddin justru mengatakan bahwa sejauh ini kondisi di tempat relokasi terbilang aman.
"Aman, tidak adaji, masalahnya saya kaget juga apa masalahnya ini (sehingga demo). Sekarang yang saya fikir soal belajar mengajar," terangnya.
Dibeberkan Muhyiddin, para orang tua murid yang melakukan aksi unjuk rasa itu kemungkinan meminta agar aset tersebut dikembalikan.
"Selama ini yang punya ada keputusan mahkamah agung, tapi di sisi lain juga sekolah itu juga tercatat sebagai aset Pemerintah Provinsi," sebutnya.
Sebelumnya diberitakan, puluhan emak-emak di kota Makassar tak lagi bisa menahan kegelisahan mereka.
Meskipun gerimis, mereka berkumpul di Jalan Pajjaiang, Kecamatan Biringkanaya, membawa satu tuntutan yang tegas, "Kembalikan anak-anak mereka ke sekolah lama".
Salah satu dari mereka, Hamdiani (48), bicara dengan tegas, mengungkapkan rasa frustrasi yang dirasakan oleh para orang tua.
"Kami menuntut (agar anak-anak) bisa dipindahkan ke sekolah yang lama," ujar Hamdiani saat ditemui di lokasi, Selasa (15/10/2024) sekitar pukul 16.25 Wita.
Untuk diketahui, seluruh murid SD Inpres Pajjaiang direlokasi ke SD Kalang Tubung 1 dan SMPN 16 Makassar.
Sambil sesekali mengusap matanya yang berkaca-kaca, ia mengungkapkan bahwa anak-anak mereka mendapatkan intimidasi di sana.
"Kami sudah tidak betah di sekolah yang baru, disuruh kami untuk pindah ke SD Kalang Tubung, kami tidak sanggup. Karena anak-anak kami sudah mendapatkan pembullyan, istilahnya ada intimidasi," ucap Hamdiani.
Bagi orang tua, relokasi ini lebih dari sekadar memindahkan anak-anak mereka ke bangunan baru.
Ini tentang keamanan dan martabat. Hamdiani tak segan menceritakan bagaimana anak-anaknya kini kerap dibully di sekolah baru.
"Bentuk intimidasinya, anak-anak kami dipajak, ada info yang bukan dari dua tiga orang anak, bahwa mereka dipalak sama anak SD yang ditempati numpang," ungkapnya.
Sekolah baru ini, menurut para orang tua, terasa seperti tempat yang asing dan tidak ramah.
"Terutama ada juga laporan guru-guru bahwa terlalu banyak surat kaleng yang masuk, terlalu banyak bahasa kotor di dalam surat itu," Hamdiani menuturkan.
"Ada juga surat yang disimpan di meja guru dengan bahasa yang kotor. Saya tidak mau bilang bahasanya, ada buktinya, silakan diambil, coretan-coretan yang berupa surat kaleng itu. Intinya mereka tidak terima kami di sana," sambung dia.
Hamdiani tidak ragu menunjukkan keprihatinannya. Ia bahkan menyebut bahwa banyak anak yang mogok belajar sebagai bentuk protes.
"Murid mogok belajar, itu atas dasar protes kami untuk anak-anak kami. Karena untuk apa juga anak-anak kami disekolahkan kalau misalnya mendapatkan intimidasi," sebutnya.
Dibeberkan Hamdiani, anak-anak mereka telah direlokasi sejak awal Agustus lalu. Rencananya, mereka hanya menumpang selama tiga bulan.
Namun, hingga kini, belum ada kepastian kapan mereka akan dipindahkan kembali.
"Selaku orangtua murid, kami semua bersatu inipun atas izin dari pengurus Komite di sekolah dan juga guru, termasuk Kepsek agar dipindahkan ke sekolah yang lama," imbuhnya.
Janji yang semula terdengar bahwa relokasi ini hanya akan berlangsung tiga bulan kini terasa hilang entah ke mana.
"Kalaupun tidak bisa, kami mohon untuk pak Kadis Pendidikan melihat aksi kami, usahakan kami untuk mendapatkan lokasi yang baru tanpa menumpang di sekolahnya orang," tandasnya.
Sementara itu, orangtua murid yang lain bernama Fitri (35) yang juga ikut dalam aksi unjuk rasa itu mengatakan hal senada dengan Hamdiani.
"Kita sekarang kan numpang, jadi kita diintimidasi, ini sering bahkan saya sering lihat ada anak-anak diludahi dari lantai dua ke bawah," kata Fitri.
Ia juga membenarkan adanya perlakuan tidak benar dari murid SD Kalang Tubung terhadap murid-murid SD Inpres Pajjaiang.
"Ada yang surat cinta dia kirim ke kita, dengan terang-terangan ditulis di papan tulis. Antara guru pun sama guru ada. Dengan cara mereka tidak kasih jalan air di sekolahnya itu merupakan intimidasi," ungkapnya.
Selama direlokasi, kata Fitri, anak-anaknya masuk sekolah di siang hari. Mengingat jumlahnya yang juga tidak sedikit, mereka diharuskan mengalah.
"Bayangkan anak kelas satu baru masuk SD, masuk pukul 15.00 Wita, pulang pukul 16.30 Wita. Pukul 15.00 Wita itu kan waktunya anak-anak istirahat, apalagi anak-anak yang baru masuk sekolah," tandasnya.(Muhsin/Fajar)